Ilmu Jawa sudah ada sejak zaman dahulu sebelum adanya agama apapun di tanah Jawa, dimana ilmu Jawa dipelajari oleh mayoritas orang-orang Jawa sebagai pegangan hidup atau yang disebut piandel. Masyarakat Jawa kuno pada waktu itu memiliki kepercayaan tentang adanya roh-roh gaib atau benda-benda yang memiliki kekuatan gaib, atau yang lazim disebut animisme dan dinamisme.
Pada awalnya kepercayaan tersebut bersumber dari naluri manusia, dimana secara alami setiap manusia percaya akan adanya makhluk halus, kekuatan gaib, dan juga adanya sang maha pencipta. Sehingga pada waktu itu manusia mencari Tuhan dengan caranya sendiri-sendiri.
Sebenarnya ilmu Jawa itu tidak pas jika disebut sebagai ilmu, namun lebih pas jika disebut tatanan atau aturan, karena ilmu Jawa bersifat mengatur perilaku seseorang agar tidak menyimpang dari aturan sebagai manusia. Tapi karena di dalam aturan tersebut berhubungan dengan dunia gaib, akhirnya tatanan tersebut lebih umum disebut ilmu, yaitu ilmu kejawen.
Ilmu kejawen itu sebenarnya memiliki arti yang luas, meliputi tata cara dalam hidup bermasyarakat, hubungan antara manusia dengan sang pencipta, dan sebagainya. Ilmu kejawen juga mempercayai adanya alam langgeng atau alam setelah manusia meninggal dunia.
Oleh karena itu ilmu Jawa lebih bersifat mendidik. Maka jika ada orang Jawa yang perilakunya menyimpang dari aturan dalam hidup bermasyarakat akan disebut ora jowo, artinya tidak baik atau tidak patut.
Orang Jawa juga mempercayai akan keberadaan mbah danyang, yaitu roh leluhur paling tua atau yang babat alas pada sebuah desa dan dipercayai ikut menaungi warga desa tersebut. Roh danyang tersebut akan dikirimi doa ketika sedang ada acara hajatan atau selamatan lainnya. Mbah danyang tersebut juga akan dimintai permisi ketika seseorang sedang melakukan sebuah ritual ilmu gaib.
Setelah kedatangan para penyebar agama dari negara lain seperti lima agama yang sekarang ada di negara kita ini, barulah orang Jawa mengenal Tuhan secara jelas melalui agama, tidak mencari Tuhan sendiri-sendiri seperti dulu lagi.
Namun, kepercayaan zaman dulu masih melekat dan sudah mendarah daging sehingga tidak bisa hilang walaupun sudah ada agama baru. Oleh karena itu ada istilah islam kejawen, artinya agama islam yang dipadu dengan kepercayaan asli Jawa.
Dalam tradisi Jawa ada selamatan jenang merah jenang sengkala untuk anak-anak mereka, yaitu selamatan kecil-kecilan dengan membuat bubur beras dengan gula merah yang bertujuan untuk memohon kepada sang pencipta agar saudara sejati dari anak tersebut akan selalu menemani, sehingga anak tersebut akan selamat ketika sedang berada dimanapun.
Seseorang yang pernah menemui saudara empat kelima pancer akan mampu menembus segala macam alam gaib yang ada. Seseorang bisa mengambil berbagai ilmu di alam lain untuk dipergunakan di dunia. Dengan cara ragasukma inilah akhirnya muncul berbagai jenis ilmu Jawa lainnya seperti ilmu pengasihan, ilmu kebal, ilmu pengobatan, dan sebagainya. Karena sang guru pertama mendapat ilmu dari alam gaib dengan cara ragasukma yang kemudian ilmunya diturunkan kepada murid-muridnya.
Pada awalnya kepercayaan tersebut bersumber dari naluri manusia, dimana secara alami setiap manusia percaya akan adanya makhluk halus, kekuatan gaib, dan juga adanya sang maha pencipta. Sehingga pada waktu itu manusia mencari Tuhan dengan caranya sendiri-sendiri.
Sebenarnya ilmu Jawa itu tidak pas jika disebut sebagai ilmu, namun lebih pas jika disebut tatanan atau aturan, karena ilmu Jawa bersifat mengatur perilaku seseorang agar tidak menyimpang dari aturan sebagai manusia. Tapi karena di dalam aturan tersebut berhubungan dengan dunia gaib, akhirnya tatanan tersebut lebih umum disebut ilmu, yaitu ilmu kejawen.
Ilmu kejawen itu sebenarnya memiliki arti yang luas, meliputi tata cara dalam hidup bermasyarakat, hubungan antara manusia dengan sang pencipta, dan sebagainya. Ilmu kejawen juga mempercayai adanya alam langgeng atau alam setelah manusia meninggal dunia.
Oleh karena itu ilmu Jawa lebih bersifat mendidik. Maka jika ada orang Jawa yang perilakunya menyimpang dari aturan dalam hidup bermasyarakat akan disebut ora jowo, artinya tidak baik atau tidak patut.
Mencari Tuhan
Sebelum adanya agama apapun, orang Jawa sudah berusaha mencari Tuhannya. Mereka percaya tentang adanya sang pencipta dan menaungi makhluk di seluruh alam. Orang Jawa mencari Tuhan dengan tujuan untuk disembah, dimintai pertolongan, dimintai petunjuk, dan sebagainya. Namun sang maha pencipta tidak bisa ditemui kecuali hanya dengan hati dan keyakinan.Orang Jawa juga mempercayai akan keberadaan mbah danyang, yaitu roh leluhur paling tua atau yang babat alas pada sebuah desa dan dipercayai ikut menaungi warga desa tersebut. Roh danyang tersebut akan dikirimi doa ketika sedang ada acara hajatan atau selamatan lainnya. Mbah danyang tersebut juga akan dimintai permisi ketika seseorang sedang melakukan sebuah ritual ilmu gaib.
Setelah kedatangan para penyebar agama dari negara lain seperti lima agama yang sekarang ada di negara kita ini, barulah orang Jawa mengenal Tuhan secara jelas melalui agama, tidak mencari Tuhan sendiri-sendiri seperti dulu lagi.
Namun, kepercayaan zaman dulu masih melekat dan sudah mendarah daging sehingga tidak bisa hilang walaupun sudah ada agama baru. Oleh karena itu ada istilah islam kejawen, artinya agama islam yang dipadu dengan kepercayaan asli Jawa.
Kepercayaan adanya saudara empat kelima pancer
Sedulur papat limo pancer. Kepercayaan ini diperkirakan muncul setelah masuknya agama Hindu dan Budha di tanah Jawa. Orang Jawa percaya adanya utusan Tuhan yang menyatu didalam diri manusia, jumlahnya ada empat dan masing-masing memiliki sifat dan kelebihan sendiri-sendiri. Merekalah yang membawa sifat dan perilaku seseorang. Mereka juga disebut saudara sejati atau dulur sejati, karena kemanapun kita pergi mereka akan selalu mengikuti oleh perintah sang maha kuasa. Jika ada salah satu saudara yang tidak ikut, maka orang tersebut akan kelihatan seperti orang linglung, misalnya ketika sedang melamun berarti saudaranya pergi satu sehingga orangnya akan tampak kosong karena saudaranya sedang tidak lengkap.Dalam tradisi Jawa ada selamatan jenang merah jenang sengkala untuk anak-anak mereka, yaitu selamatan kecil-kecilan dengan membuat bubur beras dengan gula merah yang bertujuan untuk memohon kepada sang pencipta agar saudara sejati dari anak tersebut akan selalu menemani, sehingga anak tersebut akan selamat ketika sedang berada dimanapun.
Ragasukma
Ragasukma atau meraga sukma bertujuan untuk mencari kedamaian hati, dimana seseorang akan merasa tentram ketika berhadapan dengan saudara-saudara sejati yang wajahnya sama semua. Ragasukma meliputi perjalanan spiritual untuk menemui saudara empat kelima pancer yang berada di alam roh, yaitu dengan cara melepas sukma keluar dari tubuh agar bisa menembus alam gaib untuk menemui mereka. Ragasukma adalah perjalanan gaib paling terkenal di kalangan para spriritualis Jawa karena merupakan satu-satunya cara untuk menemui saudara empat kelima pancer yang merupakan basis kekuatan ilmu Jawa.Seseorang yang pernah menemui saudara empat kelima pancer akan mampu menembus segala macam alam gaib yang ada. Seseorang bisa mengambil berbagai ilmu di alam lain untuk dipergunakan di dunia. Dengan cara ragasukma inilah akhirnya muncul berbagai jenis ilmu Jawa lainnya seperti ilmu pengasihan, ilmu kebal, ilmu pengobatan, dan sebagainya. Karena sang guru pertama mendapat ilmu dari alam gaib dengan cara ragasukma yang kemudian ilmunya diturunkan kepada murid-muridnya.
________________________________________________________