Mengunjungi Kokas, kabupaten Fakfak, Papua Barat seperti naik mesin waktu kembali ke masa lampau. Di wilayah ini terdapat situs purbakala Tapurarang yang menyimpan misteri purba. Salah satu peninggalan prasejarah yang dapat ditemui adalah lukisan di tebing bebatuan terjal berupa telapak tangan manusia dan binatang yang uniknya masih tetap terlihat jelas sampai sekarang meski hanya menggunakan pewarna dari bahan-bahan alami. Karena warnanya mirip dengan darah manusia, masyarakat setempat menyebutnya sebagai lukisan cap tangan darah.
Bagi masyarakat setempat, lokasi lukisan tebing ini merupakan tempat yang disakralkan. Mereka percaya bahwa lukisan ini adalah wujud orang-orang yang dikutuk oleh arwah seorang nenek yang berubah menjadi setan kaborbor atau hantu yang diyakini sebagai penguasa lautan paling menakutkan. Konon, sang nenek meninggal saat terjadi musibah yang menenggelamkan perahu yang ia tumpangi.
Konon, dari seluruh penumpang di perahu ini, hanya nenek ini yang meninggal karena tidak ada satu penumpang pun di atas perahu yang berusaha membantu sang nenek untuk menyelamatkan diri. Merasa sakit hati, arwah nenek yang telah berubah menjadi setan Kaborbor mengutuk seluruh penumpang yang ada di atas perahu beserta semua hasil laut yang dibawa menjadi lukisan tebing di Andamata.
Di lokasi lukisan tebing ini, Anda juga bisa melihat kerangka-kerangka tulang manusia yang dipercaya sebagai kerangka leluhur atau nenek moyang masyarakat Kokas. Pada zaman dahulu, masyarakat di sini memiliki kebiasaan meletakkan jasad leluhur yang meninggal di tebing batu, gua, tanjung ataupun di bawah pohon besar yang dianggap sakral.
Untuk mencapai Kokas, Dari terminal Fakfak, Anda harus menempuh perjalanan darat menuju Kokas sejauh 50 kilmeter dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Biaya transportasinya hanya sebesar Rp 25.000 per orang, sekali jalan. Tiba di Kokas, perjalanan masih harus dilanjutkan menggunakan longboat dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Jika air sedang pasang, Anda bisa naik ke tebing dan menyaksikan lukisan ini dari dekat. Namun, jika air surut, keindahan lukisan tebing ini hanya bisa dinikmati dari atas longboat.
Sumber: http://www.wisatalk.com/forum/133-papua-barat/254-situs-purbakala-tapurarang.html#254
Bagi masyarakat setempat, lokasi lukisan tebing ini merupakan tempat yang disakralkan. Mereka percaya bahwa lukisan ini adalah wujud orang-orang yang dikutuk oleh arwah seorang nenek yang berubah menjadi setan kaborbor atau hantu yang diyakini sebagai penguasa lautan paling menakutkan. Konon, sang nenek meninggal saat terjadi musibah yang menenggelamkan perahu yang ia tumpangi.
Konon, dari seluruh penumpang di perahu ini, hanya nenek ini yang meninggal karena tidak ada satu penumpang pun di atas perahu yang berusaha membantu sang nenek untuk menyelamatkan diri. Merasa sakit hati, arwah nenek yang telah berubah menjadi setan Kaborbor mengutuk seluruh penumpang yang ada di atas perahu beserta semua hasil laut yang dibawa menjadi lukisan tebing di Andamata.
Di lokasi lukisan tebing ini, Anda juga bisa melihat kerangka-kerangka tulang manusia yang dipercaya sebagai kerangka leluhur atau nenek moyang masyarakat Kokas. Pada zaman dahulu, masyarakat di sini memiliki kebiasaan meletakkan jasad leluhur yang meninggal di tebing batu, gua, tanjung ataupun di bawah pohon besar yang dianggap sakral.
Untuk mencapai Kokas, Dari terminal Fakfak, Anda harus menempuh perjalanan darat menuju Kokas sejauh 50 kilmeter dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Biaya transportasinya hanya sebesar Rp 25.000 per orang, sekali jalan. Tiba di Kokas, perjalanan masih harus dilanjutkan menggunakan longboat dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Jika air sedang pasang, Anda bisa naik ke tebing dan menyaksikan lukisan ini dari dekat. Namun, jika air surut, keindahan lukisan tebing ini hanya bisa dinikmati dari atas longboat.
Sumber: http://www.wisatalk.com/forum/133-papua-barat/254-situs-purbakala-tapurarang.html#254
________________________________________________________