Bagaimana rasanya meniti 620 anak tangga? Jawabannya pasti, capek. Namun jawabannya menjadi lain jika anak tangga yang dinaiki adalah anak tangga yang berada di Gunung Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat. Mungkin jawabannya menjadi: puas!
Bagaimana tidak merasa puas, pengunjung akan disuguhi pemandangan yang indah bahkan sebelum mencapai kaki gunung. Hamparan sawah di tepi jalan, bak permadani hijau yang menyejukkan mata. Suasana ini akan terasa hingga Gunung Galunggung yang jaraknya sekitar 17 kilometer dari pusat Kota Tasikmalaya.
Gunung Galunggung punya kenangan tersendiri bagi warga Jabar khususnya. Gunung ini tercatat pernah meletus empat kali. Pada 1882, menewaskan 4.011 jiwa serta menghancurkan 114 desa. Kerusakan lahan memanjang sejauh 40 KM dari puncak gunung ke arah utara dan selatan. Letusan ini menghasilkan hujan pasir yang sangat panas, abu halus, serta lahar. Aliran lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti alur sungai.
Letusan Gunung Galunggung terakhir kali terjadi pada 1982 hingga 1983. Selama periode ini, sekitar 68 orang meninggal. Sebagian besar tewas karena sebab tak langsung seperti kecelakaan lalu lintas, kedinginan, dan kekurangan pangan. Akibat letusan ini, kerugian ditaksir Rp 150 miliar dan 22 desa ditinggal penghuni.
Kini, bekas-bekas letusan Gunung Galunggung sudah tak kentara. Kawasan yang ditinggalkan penghuninya telah kembali ramai. Bahkan sejak 1997, tangga yang menghubungkan antara kaki gunung hingga puncak dibangun permanen. Pepohonan yang sebelumnya meranggas juga kini telah hijau kembali. Yang tinggal adalah danau indah sekitar 40 hektare di puncak gunung.
Pesona Gunung Galunggung tak hanya sampai di sini. Pihak pemerintah setempat telah mengondisikan gunung berapi dengan ketinggian 2.167 meter di atas permukaan laut ini sebagai kawasan wisata. Pelancong yang kelelahan setelah mendaki Galunggung, bisa beristirahat di pemandian air panas. Dengan suhu kurang lebih 50 derajat celcius, badan yang kaku setelah mendaki gunung akan terasa lebih segar. Peredaran darah niscaya akan lebih lancar.
Setelah puas menikmati keindahan Gunung Galunggung, pengunjung bisa membawa produk kerajinan khas Tasikmalaya sebagai oleh-oleh. Pusatnya, ada di Kecamatan Rajapolah. Mulai dari kerajinan bambu hingga wayang golek mudah dijumpai di kecamatan yang dijadikan sentra pemasaran kerajinan rakyat Tasikmalaya sejak 1989 itu. Harganya, relatif murah. Sebagai contoh, seruling bambu bisa dibawa pulang dengan menukarnya dengan selembar uang kertas pecahan 10 ribu.
Sumber: http://berita.liputan6.com/read/119501/pesona-gunung-galunggung
Bagaimana tidak merasa puas, pengunjung akan disuguhi pemandangan yang indah bahkan sebelum mencapai kaki gunung. Hamparan sawah di tepi jalan, bak permadani hijau yang menyejukkan mata. Suasana ini akan terasa hingga Gunung Galunggung yang jaraknya sekitar 17 kilometer dari pusat Kota Tasikmalaya.
Gunung Galunggung punya kenangan tersendiri bagi warga Jabar khususnya. Gunung ini tercatat pernah meletus empat kali. Pada 1882, menewaskan 4.011 jiwa serta menghancurkan 114 desa. Kerusakan lahan memanjang sejauh 40 KM dari puncak gunung ke arah utara dan selatan. Letusan ini menghasilkan hujan pasir yang sangat panas, abu halus, serta lahar. Aliran lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti alur sungai.
Letusan Gunung Galunggung terakhir kali terjadi pada 1982 hingga 1983. Selama periode ini, sekitar 68 orang meninggal. Sebagian besar tewas karena sebab tak langsung seperti kecelakaan lalu lintas, kedinginan, dan kekurangan pangan. Akibat letusan ini, kerugian ditaksir Rp 150 miliar dan 22 desa ditinggal penghuni.
Kini, bekas-bekas letusan Gunung Galunggung sudah tak kentara. Kawasan yang ditinggalkan penghuninya telah kembali ramai. Bahkan sejak 1997, tangga yang menghubungkan antara kaki gunung hingga puncak dibangun permanen. Pepohonan yang sebelumnya meranggas juga kini telah hijau kembali. Yang tinggal adalah danau indah sekitar 40 hektare di puncak gunung.
Pesona Gunung Galunggung tak hanya sampai di sini. Pihak pemerintah setempat telah mengondisikan gunung berapi dengan ketinggian 2.167 meter di atas permukaan laut ini sebagai kawasan wisata. Pelancong yang kelelahan setelah mendaki Galunggung, bisa beristirahat di pemandian air panas. Dengan suhu kurang lebih 50 derajat celcius, badan yang kaku setelah mendaki gunung akan terasa lebih segar. Peredaran darah niscaya akan lebih lancar.
Setelah puas menikmati keindahan Gunung Galunggung, pengunjung bisa membawa produk kerajinan khas Tasikmalaya sebagai oleh-oleh. Pusatnya, ada di Kecamatan Rajapolah. Mulai dari kerajinan bambu hingga wayang golek mudah dijumpai di kecamatan yang dijadikan sentra pemasaran kerajinan rakyat Tasikmalaya sejak 1989 itu. Harganya, relatif murah. Sebagai contoh, seruling bambu bisa dibawa pulang dengan menukarnya dengan selembar uang kertas pecahan 10 ribu.
Sumber: http://berita.liputan6.com/read/119501/pesona-gunung-galunggung
________________________________________________________