Pulang ke kotamu. Ada setangkup haru dalam rindu. Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna. Terhanyut aku akan nostalgi. Saat kita sering luangkan waktu. Nikmati bersama Suasana Jogja... Demikian sepenggal bait lagu Yogyakarta dari grup kondang KLa Project yang berhasil merekam suasana Kota Pelajar.
Pendatang yang pernah berkunjung ke daerah ini pasti mengakui ada sesuatu yang berbeda dengan Yogyakarta. Segala sesuatu di sini tampak lebih santai, lebih ramah, dan larut dalam budaya Jawa yang kental. Barangkali itu sebabnya Yogya menjadi tujuan wisata kedua di Tanah Air setelah Bali.
Provinsi ini memang menawarkan berbagai tempat menarik untuk dikunjungi seperti kawasan Malioboro, Keraton Sultan, Pasar Beringharjo, dan berbagai macam candi dan peninggalan situs kerajaan tempo dulu. Salah satunya adalah bekas Kerajaan Ratu Boko yang terletak di antara Desa Sumber Watu dan Sambirejo, Kecamatan Prambanan.
Kawasan ini terbilang istimewa. Sebab, ini adalah satu-satunya situs pemukiman masa klasik terbesar yang ditemukan di Jawa bagian tengah. Luasnya sekitar 40 hektare dan dulunya merupakan kediaman Ratu Boko dan rakyatnya. Lokasi ini didirikan sekitar abad VIII Masehi. Umur situs juga diperkirakan lebih tua dibandingkan usia Candi Borobodur dan Prambanan. Daerah wisata ini bisa dicapai dalam waktu 30 menit dari pusat kota dengan mengendarai kendaraan pribadi. Pengunjung cukup membayar Rp 7 ribu untuk masuk lokasi ini.
Pemukiman ini mempunyai cerita tersendiri. Konon Prabu Boko mempunyai putri yang terkenal rupawan yakni Roro Jombrang. Seorang ksatria bernama Bandung Bondowoso mempersunting sang putri dengan terlebih dulu membunuh Prabu Boko. Tapi sebelumnya Jombrang mengajukan syarat bersedia dikawini asal Bandung Bondowoso membangun seribu candi atau Candi Prambanan. Tak heran Candi Prambanan terlihat jelas dari lokasi kerajaan ini. Letak bekas kerajaan memang hanya berjarak sekitar tiga kilometer selatan candi tersebut. Pendatang juga dapat melihat dengan jelas Gunung Merapi.
Hingga kini di lokasi peninggalan zaman jaya Hindu dan Buddha ini masih terdapat gapura gerbang utama, candi pembakaran, dan pendopo. Gerbang utama merupakan tempat masuk ke dalam permukiman ini. Candi pembakaran adalah tempat pembakaran mayat waktu zaman Ratu Boko dulu.
Namun seiring berjalannya waktu, bekas pemukiman kerajaan ini tidak utuh lagi sebab warga setempat mulai menempatinya. Upaya renovasi juga terus dilakukan untuk mengembalikan kemegahan tempat ini. Bila berhasil, maka tempat ini nantinya tak kalah megah dengan Candi Borobodur.
Sumber: http://berita.liputan6.com/read/117886/melihat-pemukiman-klasik-terbesar-di-yogyakarta
Pendatang yang pernah berkunjung ke daerah ini pasti mengakui ada sesuatu yang berbeda dengan Yogyakarta. Segala sesuatu di sini tampak lebih santai, lebih ramah, dan larut dalam budaya Jawa yang kental. Barangkali itu sebabnya Yogya menjadi tujuan wisata kedua di Tanah Air setelah Bali.
Provinsi ini memang menawarkan berbagai tempat menarik untuk dikunjungi seperti kawasan Malioboro, Keraton Sultan, Pasar Beringharjo, dan berbagai macam candi dan peninggalan situs kerajaan tempo dulu. Salah satunya adalah bekas Kerajaan Ratu Boko yang terletak di antara Desa Sumber Watu dan Sambirejo, Kecamatan Prambanan.
Kawasan ini terbilang istimewa. Sebab, ini adalah satu-satunya situs pemukiman masa klasik terbesar yang ditemukan di Jawa bagian tengah. Luasnya sekitar 40 hektare dan dulunya merupakan kediaman Ratu Boko dan rakyatnya. Lokasi ini didirikan sekitar abad VIII Masehi. Umur situs juga diperkirakan lebih tua dibandingkan usia Candi Borobodur dan Prambanan. Daerah wisata ini bisa dicapai dalam waktu 30 menit dari pusat kota dengan mengendarai kendaraan pribadi. Pengunjung cukup membayar Rp 7 ribu untuk masuk lokasi ini.
Pemukiman ini mempunyai cerita tersendiri. Konon Prabu Boko mempunyai putri yang terkenal rupawan yakni Roro Jombrang. Seorang ksatria bernama Bandung Bondowoso mempersunting sang putri dengan terlebih dulu membunuh Prabu Boko. Tapi sebelumnya Jombrang mengajukan syarat bersedia dikawini asal Bandung Bondowoso membangun seribu candi atau Candi Prambanan. Tak heran Candi Prambanan terlihat jelas dari lokasi kerajaan ini. Letak bekas kerajaan memang hanya berjarak sekitar tiga kilometer selatan candi tersebut. Pendatang juga dapat melihat dengan jelas Gunung Merapi.
Hingga kini di lokasi peninggalan zaman jaya Hindu dan Buddha ini masih terdapat gapura gerbang utama, candi pembakaran, dan pendopo. Gerbang utama merupakan tempat masuk ke dalam permukiman ini. Candi pembakaran adalah tempat pembakaran mayat waktu zaman Ratu Boko dulu.
Namun seiring berjalannya waktu, bekas pemukiman kerajaan ini tidak utuh lagi sebab warga setempat mulai menempatinya. Upaya renovasi juga terus dilakukan untuk mengembalikan kemegahan tempat ini. Bila berhasil, maka tempat ini nantinya tak kalah megah dengan Candi Borobodur.
Sumber: http://berita.liputan6.com/read/117886/melihat-pemukiman-klasik-terbesar-di-yogyakarta
________________________________________________________