Menjelajah eksotika Indonesia memang selalu menarik untuk masuk dalam agenda wisata Anda. Belum lama ini, SCTV pun berkesempatan melancong ke Kalimantan Selatan. Pertama yang disinggahi adalah Banjarmasin atau Kota Seribu Sungai. Banyak orang mengibaratkan Banjarmasin sebagai Venezia-nya Kalimantan.
Pagi itu SCTV pun menyusuri pasar terapung di Banjarmasin. Memang kurang afdal bila berkunjung ke ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan tidak menyempatkan diri menyusuri pasar terapung tradisional. Pasar terapung ini dapat dijumpai di Lok Baintan, Sungai Martapura dan Muara Kuin, Sungai Barito.
Hanya saja, pelancong atau wisatawan harus bangun pagi hari untuk dapat melihat keunikan pasar apung. Di sana warga maupun wisatawan dapat berbelanja sayuran, buah-buahan hingga berbagai bahan kebutuhan pokok alias sembako dengan harga relatif lebih murah. Pasar terapung ini ternyata sudah ada sejak 400 tahun lampau.
Tak hanya sayuran dan buah-buahan, ada pedagang pisang goreng yang berjualan di atas perahu berikut kompor untuk memasak penganan tersebut. Kendati demikian, para pelancong tetap harus berhati-hati. Ini mengingat gelombang air dari perahu lain dapat membuat perahu yang dinaiki bergoyang ke kiri dan ke kanan.
Jajanan kue pasar pun beragam. Dan ada yang dinamakan wadai banjar 41 macam. Namun, sajian kue sebanyak 41 jenis ini hanya ada pada acara selamatan untuk keluarga keturunan bangsawan.
Tak jauh dari pasar apung, para pelancong dapat menikmati makan siang dengan menu soto banjar. Tempatnya memang sederhana, tapi nuansa tradisional khas Banjarmasin ditambah keindahan Sungai Martapura membuat banyak orang ingin berlama-lama di sana.
Sehabis makan siang, perjalanan dilanjutkan ke sentra kerajinan batik sasirangan. Bila biasanya belajar membatik dengan menggunakan canting, belajar batik sasirangan jauh lebih mudah. Tak diperlukan peralatan khusus. Cukup dengan tangan saja untuk mendapatkan motif tertentu.
Sasirangan berasal dari kata menyirang yang berarti menjelujur. Ya, sesuai dengan namanya cara pengerjaan dilakukan dengan cara dijelujur, kemudian dicelup ke dalam air yang diberi pewarna. Dan hasilnya adalah kain batik yang cantik. Adapun harga kain batik sasirangan bervariasi. Mulai dari puluhan ribu rupiah hingga ratusan ribu, tergantung motif, warna, dan bahan yang digunakan.
Wisata malam di Banjarmasin, tak kalah serunya. Satu di antaranya menikmati pesta kembang api di Sungai Martapura. Ternyata malam itu ada pesta kembang api dan festival perahu hias. Kerlap kerlip lampu hias pun semakin mempercantik Sungai Martapura. Belum lagi iringan musik khas Banjarmasin dan kembang api.
Martapura juga terkenal sebagai surga intan. Intan dari Kalimantan pun terkenal sampai ke mancanegara. Bayangkan, sebanyak 500 kelompok pencari dapat menghasilkan intan dari 200 hingga 300 karat per harinya. Tentunya, kalau dijual bisa senilai Rp 1,5 miliar.
Batu-batu intan tersebut kemudian digosok menjadi perhiasan nan mahal. Hanya saja, jangan sampai terkecoh dengan intan palsu. Supaya lebih yakin datang saja ke ahlinya karena mereka mempunyai alat khusus untuk mendeteksi. Adapun kiat memilih intan ataupun berlian juga tergantung pada 4 C.
Pertama, color atau warna. Semakin khas warnanya, kian tinggi harganya. Kedua, clarity atau kejelasan berlian. Semakin kecil cacatnya, makin tinggi harganya. Ketiga, cut atau irisan. Irisan yang baik akan menghasilkan pantulan cahaya yang cemerlang. Terakhir adalah carat atau karat, satuan berat intan.
Di Martapura terdapat pula Pasar Intan. Pasar ini menjual intan dengan harga bervariasi. Sekalipun etalase yang dipajang cukup sederhana, pilihan tokonya terbilang banyak. Para pelancong juga dapat mampir ke toko cenderamata atau suvenir. Di sana tersedia pula perhiasan intan ataupun berlian dari harga murah sampai senilai jutaan rupiah.
Sumber: http://gayahidup.liputan6.com/read/358056/asyiknya-menyusuri-pasar-terapung-dan-berburu-intan
Pagi itu SCTV pun menyusuri pasar terapung di Banjarmasin. Memang kurang afdal bila berkunjung ke ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan tidak menyempatkan diri menyusuri pasar terapung tradisional. Pasar terapung ini dapat dijumpai di Lok Baintan, Sungai Martapura dan Muara Kuin, Sungai Barito.
Hanya saja, pelancong atau wisatawan harus bangun pagi hari untuk dapat melihat keunikan pasar apung. Di sana warga maupun wisatawan dapat berbelanja sayuran, buah-buahan hingga berbagai bahan kebutuhan pokok alias sembako dengan harga relatif lebih murah. Pasar terapung ini ternyata sudah ada sejak 400 tahun lampau.
Tak hanya sayuran dan buah-buahan, ada pedagang pisang goreng yang berjualan di atas perahu berikut kompor untuk memasak penganan tersebut. Kendati demikian, para pelancong tetap harus berhati-hati. Ini mengingat gelombang air dari perahu lain dapat membuat perahu yang dinaiki bergoyang ke kiri dan ke kanan.
Jajanan kue pasar pun beragam. Dan ada yang dinamakan wadai banjar 41 macam. Namun, sajian kue sebanyak 41 jenis ini hanya ada pada acara selamatan untuk keluarga keturunan bangsawan.
Tak jauh dari pasar apung, para pelancong dapat menikmati makan siang dengan menu soto banjar. Tempatnya memang sederhana, tapi nuansa tradisional khas Banjarmasin ditambah keindahan Sungai Martapura membuat banyak orang ingin berlama-lama di sana.
Sehabis makan siang, perjalanan dilanjutkan ke sentra kerajinan batik sasirangan. Bila biasanya belajar membatik dengan menggunakan canting, belajar batik sasirangan jauh lebih mudah. Tak diperlukan peralatan khusus. Cukup dengan tangan saja untuk mendapatkan motif tertentu.
Sasirangan berasal dari kata menyirang yang berarti menjelujur. Ya, sesuai dengan namanya cara pengerjaan dilakukan dengan cara dijelujur, kemudian dicelup ke dalam air yang diberi pewarna. Dan hasilnya adalah kain batik yang cantik. Adapun harga kain batik sasirangan bervariasi. Mulai dari puluhan ribu rupiah hingga ratusan ribu, tergantung motif, warna, dan bahan yang digunakan.
Wisata malam di Banjarmasin, tak kalah serunya. Satu di antaranya menikmati pesta kembang api di Sungai Martapura. Ternyata malam itu ada pesta kembang api dan festival perahu hias. Kerlap kerlip lampu hias pun semakin mempercantik Sungai Martapura. Belum lagi iringan musik khas Banjarmasin dan kembang api.
Martapura juga terkenal sebagai surga intan. Intan dari Kalimantan pun terkenal sampai ke mancanegara. Bayangkan, sebanyak 500 kelompok pencari dapat menghasilkan intan dari 200 hingga 300 karat per harinya. Tentunya, kalau dijual bisa senilai Rp 1,5 miliar.
Batu-batu intan tersebut kemudian digosok menjadi perhiasan nan mahal. Hanya saja, jangan sampai terkecoh dengan intan palsu. Supaya lebih yakin datang saja ke ahlinya karena mereka mempunyai alat khusus untuk mendeteksi. Adapun kiat memilih intan ataupun berlian juga tergantung pada 4 C.
Pertama, color atau warna. Semakin khas warnanya, kian tinggi harganya. Kedua, clarity atau kejelasan berlian. Semakin kecil cacatnya, makin tinggi harganya. Ketiga, cut atau irisan. Irisan yang baik akan menghasilkan pantulan cahaya yang cemerlang. Terakhir adalah carat atau karat, satuan berat intan.
Di Martapura terdapat pula Pasar Intan. Pasar ini menjual intan dengan harga bervariasi. Sekalipun etalase yang dipajang cukup sederhana, pilihan tokonya terbilang banyak. Para pelancong juga dapat mampir ke toko cenderamata atau suvenir. Di sana tersedia pula perhiasan intan ataupun berlian dari harga murah sampai senilai jutaan rupiah.
Sumber: http://gayahidup.liputan6.com/read/358056/asyiknya-menyusuri-pasar-terapung-dan-berburu-intan
________________________________________________________