Orang Tua Ini Rahasiakan Jenis Kelamin Anaknya

Diposkan oleh @Warkop Aremania on 21.1.12


Sasha, anak pasangan Beck Laxton, 42 tahun, dan Kieran Cooper, 46 tahun, disembunyikan identitas kelaminnya hingga berusia 5 tahun. Kedua orang tuanya menginginkan Sasha tumbuh sebagai 'gender netral', bukan laki-laki atau perempuan. Pada kenyataannya, Sasha dilahirkan sebagai anak laki-laki, lengkap dengan alat kelaminnya.

Proses membesarkan Sasha sebagai gender netral sudah dimulai ketika ia masih di dalam kandungan. Beck dan Laxton sepakat untuk tidak mau diberi tahu jenis kelamin bayi yang dikandung Beck. Bahkan, ketika lahir pun, mereka meminta waktu selama 30 menit kepada bidan untuk memikirkan nama yang dapat digunakan oleh laki-laki dan perempuan.

Ketika bayi, kedua orang tua sepakat memberinya sebutan infant (anak), bukan son (anak laki-laki) atau daughter (anak perempuan). Ketika balita, Sasha diberikan mainan untuk anak perempuan dan laki-laki. Dalam hal pakaian, ibunya, Beck, juga memakaikan Sasha jenis pakaian laki-laki dan perempuan. Seperti pada Natal 2010, Sasha memakai rok balet tutu dan sepatu berwarna pink lengkap dengan sayap kupu-kupu.

Hanya keluarga dan teman dekat pasangan Cooper yang mengetahui jenis kelamin asli Sasha. "Kami hanya menginginkan Sasha tumbuh secara alamiah dengan gender netral dan melawan adanya stereotip gender," ujar Beck.

Ayah Sasha, Kieran, menjelaskan alasan untuk tidak membesarkan sasha sebagai anak laki-laki. "Gender akan menyebabkan anak untuk memilih mainan apa yang mereka mainkan dan jenis pakaian apa yang mereka pakai sesuai dengan jenis kelaminnya. Saya merasa terganggu dengan itu semua," katanya.

Namun kini, ketika Sasha harus didaftarkan ke sekolah dasar, pasangan Cooper tidak bisa lagi menyembunyikan jenis kelamin Sasha.

Beck yang berprofesi sebagai desainer website mengatakan tidak mudah menjadi ibu yang menyembunyikan anaknya. "Aku tidak pernah bisa mengundang orang untuk sekadar minum kopi di rumah. Orang-orang mencapku sebagai ibu yang gila," katanya.

Di sekolah taman kanak-kanak, menurut Beck, Sasha mendapat perlakuan baik dan tidak pernah menjadi korban bullying. "Ia (Sasha) sangat percaya diri ketika berkomunikasi dengan orang lain," kata Beck.

Namun, pada akhirnya, orang tua Sasha mulai menumbuhkan sisi maskulin pada dirinya karena Sasha harus masuk sekolah dasar dan selanjutnya ke jenjang yang lebih tinggi.

Menurut Kieran, lambat laun Sasha menyadari bahwa ia adalah seorang anak laki-laki. "Jika Sasha ingin memakai pakaian perempuan, kami tidak melarang, itu hanya untuk kesenangan ketika di rumah. Namun kami tak memakaikan pakaian perempuan ketika ia sedang bersama teman-teman perempuannya," katanya.

Menurut Kieran, alasan membesarkan anaknya dengan gender netral dipengaruhi oleh kehidupan keluarganya. "Ibuku sangat sporty, sedangkan ayah adalah orang yang emosional," ujarnya.

"Aku dan ayah biasa menonton The Wizard of Oz, kemudian kami akan menangis bersama. Ibu menganggap kami orang-orang yang cengeng," ujar Kieran. Pria yang berprofesi sebagai desainer perangkat lunak ini tidak setuju dengan adanya stereotip tertentu pada gender.

Dosen psikologi Anglia Ruskin University, Daragh McDermott, mengatakan sulit untuk memperkirakan efek jangka panjang bagi anak yang dibesarkan dengan gender netral. "Masih sangat sedikit penelitian mengenai gender netral, sulit untuk melihat konsekuensinya," kata McDermott.

"Satu-satunya sumber informasi sejak mereka lahir adalah keluarga. Ciri gender, baik laki-laki, perempuan, atau netral, akan mendapat pengaruh ketika mereka bersekolah dan dari media massa," ujar McDermott menambahkan.

Tahun lalu, kasus anak yang dibesarkan secara netral juga pernah terjadi di Kanada. Pasangan Kathy Witterick dan David Stocker mengumumkan akan membesarkan bayi mereka sebagai anak dengan gender netral.

Psikiater anak asal Amerika Serikat, Dr Harold Koplewicz, merasa terganggu dengan adanya kasus tersebut. "Mereka (Kathy dan Stocker) adalah orang tua yang sesat," ujarnya.

"Ketika lahir, seorang anak bukanlah sebuah batu yang kosong. Sesuai jenis kelaminnya, anak memiliki otak, baik laki-laki atau perempuan. Oleh karena itu, anak laki-laki akan cenderung lebih kasar dan anak perempuan memiliki skill komunikasi yang lebih baik," ujar Koplewicz.

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2012/01/21/117378824/Orang-Tua-Ini-Sembunyikan-Jenis-Kelamin-Anaknya
________________________________________________________
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...