PROVINSI Banten memiliki segudang lokasi wisata, baik wisata alam pegunungan, pantai maupun wisata tempat-tempat bersejarah. Di antaranya yang berkaitan dengan peninggalan Kesultanan Banten, seperti Benteng Spelwijk, Mesjid Agung Banten Lama, Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, maupun Vihara Avalokitesvara.
Tak kalah menariknya adalah Situs Danau Tasikardi. Saat ini Danau Tasikardi dijadikan obyek wisata dan termasuk salah satu tempat bersejarah Kawasan Wisata Banten Lama yang cukup ramai dikunjungi wisatawan, terutama pada hari libur. Sejumlah hotel telah memasukkan kawasan wisata ini dalam paket wisatanya.
LOKASI Situs Danau Tasikardi terletak di Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, sekitar 6 km dari pusat Kota Serang. Ada dua rute yang dapat Anda lalui menuju Danau Tasikardi. Rute pertama melalui Jl. Banten Lama, melewati Pelabuhan Karanghantu, Benteng Speelwijk dan Vihara Avalokitesvara.
Rute kedua dapat dilalui dari Kota Serang mengambil arah menuju Kota Cilegon. Di Kota Kecamatan Kramatwatu, Anda dapat mengambil arah ke utara (belok kanan) menuju Danau Tasikardi dengan jarak yang sama. Infrastruktur jalan dari kedua arah terbilang mulus.
Harga Tiket Wisatawan yang bertamasya ke Danau Tasikardi hanya dipungut biaya sebesar Rp2.000 per orang. Di kawasan Danau Tasikardi terdapat kantin dan toko yang menyediakan berbagai kebutuhan wisatawan, seperti makanan, minuman, dan perlengkapan untuk memancing.
Berbagai fasilitas lainnya, seperti camping ground, tempat parkir, serta jasa persewaan perahu dan tikar, juga tersedia di sini.
Menurut sejarahnya, Danau Tasikardi merupakan tempat pemandian para puteri kerajaan. Nama Tasikardi sendiri berasal gabungan kata dari bahasa Sunda yang artinya danau buatan. Danau ini dibuat pada masa pemerintahan Panembahan Sultan Maulana Yusuf (1570-1580 M), putra Sultan Maulana Hasanuddin, sultan pertama Kerajaan Banten.
Konon, danau yang luasnya mencapai 5 hektar bagian dasarnya dilapisi dengan ubin batu bata. Pada masa itu, danau buatan ini, dulunya merupakan tempat peristirahatan sultan-sultan Banten bersama keluarganya.
Selain itu, danau yang dikenal dengan Situ Tasikardi berfungsi menampung air dari Sungai Cibanten untuk mengairi areal persawahan dan memenuhi pasokan air bagi keluarga keraton dan masyarakat sekitarnya.
Air Danau Tasikardi dialirkan ke Keraton Surosowon melalui pipa-pipa yang terbuat dari tanah liat berdiameter 2-40 sentimeter. Sebelum air digunakan, terlebih dulu diendapkan di pengindelan abang (penyaringan merah), pengindelan putih (penyaringan putih), dan pengindelan emas (penyaringan emas).
Makanya, danau ini dikenal juga sebagai pusat peradaban zaman keemasan Kesultanan Banten. Karena waktu itu saja, seperti sudah menggunakan teknologi modern.
Mengunjungi Danau Tasikardi yang konon airnya tidak pernah kering dan meluap ini terbilang istimewa. Karena dengan mengunjungi danau tersebut, berarti wisatawan telah mengunjungi situs sejarah sekaligus obyek wisata yang mempesona yang jarang ditemui di tempat lain.
Sebagai situs sejarah, keberadaan danau ini adalah bukti kegemilangan peradaban Kesultanan Banten masa lalu. Untuk ukuran saat itu, membuat waduk atau danau buatan untuk mengairi areal pertanian dan memenuhi kebutuhan pasokan air bagi penduduk merupakan terobosan yang cemerlang.
Sebagai obyek wisata sejarah, danau ini merupakan salah satu tempat rekreasi yang cukup ramai dikunjungi pelancong, terutama pada akhir pekan dan hari-hari libur lainnya.
Air danaunya yang tenang dan bergerak mengikuti hembusan angin, serta jejeran pepohonan rindang yang mengelilinginya, tepat sekali dipilih sebagai tempat rekreasi yang menyenangkan bersama keluarga, atau sekadar untuk mencari inspirasi.
Nuansa agraris nan hijau yang tercermin dari hamparan luas areal persawahan yang mengitari danau, apalagi ketika memasuki musim tanam atau musim panen, kian melengkapi daya tarik kawasan ini. Wisatawan dapat menikmati keindahan Danau Tasikardi dari bawah rindangnya pepohonan, shelter-shelter, atau sambil lesehan di atas tikar yang disewakan.
Selain itu, danau ini adalah rumah bagi banyak ikan, sehingga pelancong yang suka memancing dapat menyalurkan hobinya di sini sepuas hati. Sedangkan bagi wisatawan yang ingin “menyatu” dengan kawasan danau, dapat berkemah di camping ground yang luas dan aman yang terdapat di kawasan ini.
Bila anda bosan berada di tepi danau, anda dapat mendatangi sebuah pulau yang dahulunya merupakan tempat rekreasi keluarga kesultanan. Untuk mencapai pulau seluas 44 x 44 meter persegi yang berjarak sekitar 200 meter dari bibir danau ini, wisatawan dapat menyewa perahu.
Di pulau tersebut, masih dapat dilihat sisa-sisa peninggalan Kesultanan Banten, seperti kolam penampungan air, pendopo, dan kamar mandi keluarga kesultanan.
Juga terdapat jungkit-jungkitan, semacam tempat permainan untuk anak-anak yang terbuat dari besi panjang, yang terletak di samping pendopo.
Dewasa ini, Danau Tasikardi, bersama Mesjid Agung Banten, Keraton Surosowon, Keraton Kaibon, Pasar Lama Serang, Benteng Speelwijk, dan Vihara Avalokitesvara, masuk dalam Situs Banten Lama.
Keberadaan situs-situs yang berada di Kabupaten Serang dan Kota Serang tersebut, selain menjadi saksi bisu tentang kegemilangan peradaban Kesultanan Banten pada masa lampau, juga merupakan tempat tujuan wisata sejarah yang mengasyikkan.
Sumber: http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/08/19/danau-tasikardi-tempat-beristirahat-sultan-banten
Tak kalah menariknya adalah Situs Danau Tasikardi. Saat ini Danau Tasikardi dijadikan obyek wisata dan termasuk salah satu tempat bersejarah Kawasan Wisata Banten Lama yang cukup ramai dikunjungi wisatawan, terutama pada hari libur. Sejumlah hotel telah memasukkan kawasan wisata ini dalam paket wisatanya.
LOKASI Situs Danau Tasikardi terletak di Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, sekitar 6 km dari pusat Kota Serang. Ada dua rute yang dapat Anda lalui menuju Danau Tasikardi. Rute pertama melalui Jl. Banten Lama, melewati Pelabuhan Karanghantu, Benteng Speelwijk dan Vihara Avalokitesvara.
Rute kedua dapat dilalui dari Kota Serang mengambil arah menuju Kota Cilegon. Di Kota Kecamatan Kramatwatu, Anda dapat mengambil arah ke utara (belok kanan) menuju Danau Tasikardi dengan jarak yang sama. Infrastruktur jalan dari kedua arah terbilang mulus.
Harga Tiket Wisatawan yang bertamasya ke Danau Tasikardi hanya dipungut biaya sebesar Rp2.000 per orang. Di kawasan Danau Tasikardi terdapat kantin dan toko yang menyediakan berbagai kebutuhan wisatawan, seperti makanan, minuman, dan perlengkapan untuk memancing.
Berbagai fasilitas lainnya, seperti camping ground, tempat parkir, serta jasa persewaan perahu dan tikar, juga tersedia di sini.
Menurut sejarahnya, Danau Tasikardi merupakan tempat pemandian para puteri kerajaan. Nama Tasikardi sendiri berasal gabungan kata dari bahasa Sunda yang artinya danau buatan. Danau ini dibuat pada masa pemerintahan Panembahan Sultan Maulana Yusuf (1570-1580 M), putra Sultan Maulana Hasanuddin, sultan pertama Kerajaan Banten.
Konon, danau yang luasnya mencapai 5 hektar bagian dasarnya dilapisi dengan ubin batu bata. Pada masa itu, danau buatan ini, dulunya merupakan tempat peristirahatan sultan-sultan Banten bersama keluarganya.
PANAMPUNG AIR
Selain itu, danau yang dikenal dengan Situ Tasikardi berfungsi menampung air dari Sungai Cibanten untuk mengairi areal persawahan dan memenuhi pasokan air bagi keluarga keraton dan masyarakat sekitarnya.
Air Danau Tasikardi dialirkan ke Keraton Surosowon melalui pipa-pipa yang terbuat dari tanah liat berdiameter 2-40 sentimeter. Sebelum air digunakan, terlebih dulu diendapkan di pengindelan abang (penyaringan merah), pengindelan putih (penyaringan putih), dan pengindelan emas (penyaringan emas).
Makanya, danau ini dikenal juga sebagai pusat peradaban zaman keemasan Kesultanan Banten. Karena waktu itu saja, seperti sudah menggunakan teknologi modern.
Mengunjungi Danau Tasikardi yang konon airnya tidak pernah kering dan meluap ini terbilang istimewa. Karena dengan mengunjungi danau tersebut, berarti wisatawan telah mengunjungi situs sejarah sekaligus obyek wisata yang mempesona yang jarang ditemui di tempat lain.
Sebagai situs sejarah, keberadaan danau ini adalah bukti kegemilangan peradaban Kesultanan Banten masa lalu. Untuk ukuran saat itu, membuat waduk atau danau buatan untuk mengairi areal pertanian dan memenuhi kebutuhan pasokan air bagi penduduk merupakan terobosan yang cemerlang.
TEMPAT REKREASI RAMAI
Sebagai obyek wisata sejarah, danau ini merupakan salah satu tempat rekreasi yang cukup ramai dikunjungi pelancong, terutama pada akhir pekan dan hari-hari libur lainnya.
Air danaunya yang tenang dan bergerak mengikuti hembusan angin, serta jejeran pepohonan rindang yang mengelilinginya, tepat sekali dipilih sebagai tempat rekreasi yang menyenangkan bersama keluarga, atau sekadar untuk mencari inspirasi.
Nuansa agraris nan hijau yang tercermin dari hamparan luas areal persawahan yang mengitari danau, apalagi ketika memasuki musim tanam atau musim panen, kian melengkapi daya tarik kawasan ini. Wisatawan dapat menikmati keindahan Danau Tasikardi dari bawah rindangnya pepohonan, shelter-shelter, atau sambil lesehan di atas tikar yang disewakan.
Selain itu, danau ini adalah rumah bagi banyak ikan, sehingga pelancong yang suka memancing dapat menyalurkan hobinya di sini sepuas hati. Sedangkan bagi wisatawan yang ingin “menyatu” dengan kawasan danau, dapat berkemah di camping ground yang luas dan aman yang terdapat di kawasan ini.
Bila anda bosan berada di tepi danau, anda dapat mendatangi sebuah pulau yang dahulunya merupakan tempat rekreasi keluarga kesultanan. Untuk mencapai pulau seluas 44 x 44 meter persegi yang berjarak sekitar 200 meter dari bibir danau ini, wisatawan dapat menyewa perahu.
Di pulau tersebut, masih dapat dilihat sisa-sisa peninggalan Kesultanan Banten, seperti kolam penampungan air, pendopo, dan kamar mandi keluarga kesultanan.
Juga terdapat jungkit-jungkitan, semacam tempat permainan untuk anak-anak yang terbuat dari besi panjang, yang terletak di samping pendopo.
Dewasa ini, Danau Tasikardi, bersama Mesjid Agung Banten, Keraton Surosowon, Keraton Kaibon, Pasar Lama Serang, Benteng Speelwijk, dan Vihara Avalokitesvara, masuk dalam Situs Banten Lama.
Keberadaan situs-situs yang berada di Kabupaten Serang dan Kota Serang tersebut, selain menjadi saksi bisu tentang kegemilangan peradaban Kesultanan Banten pada masa lampau, juga merupakan tempat tujuan wisata sejarah yang mengasyikkan.
Sumber: http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/08/19/danau-tasikardi-tempat-beristirahat-sultan-banten
________________________________________________________