Candi Prambanan termasuk dalam salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO dan merupakan Candi Hindu terbesar di Indonesia, bahkan terbesar di Asia Tenggara. Candi ini terletak di Jl. Solo Km 16, Desa Prambanan, Propinsi Yogyakarta, Indonesia.
Candi Prambanan di bangun sekitar tahun 850 Masehi pada abad ke-9 oleh Dinasti Sanjaya, pada masa masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Candi ini di bangun sebagai tandingan untuk Dinasti Syailendra yang membangun Candi Borobudur dan Candi Sewu di daerah tersebut. Para sejarawan menyatakan bahwa pembangunan Candi Prambanan mungkin dimaksudkan untuk menandai kembalinya Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu setelah hampir satu abad jatuh di bawah dominasi Dinasti Syailendra yang beragama Buddha di Jawa Tengah, sedangkan nama Prambanan berasal dari nama desa dimana candi itu berdiri.
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama yang terletak di halaman utama, yaitu Candi Wisnu (pemelihara), Brahma (pencipta), dan Siwa (penghancur). Ketiga candi tersebut merupakan lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu dengan posisi candi menghadap ke arah timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat dan di dedikasikan sebagai kendaraan (wahana) untuk masing-masing dewa. Banteng Nandi untuk Siwa, Angsa suci Hamsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Candi Siwa memilik empat buah ruangan, satu ruangan utama berisi arca Siwa, sedangkan 3 ruangan lainnya masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda candi prambanan.
Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, hanya memiliki satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, hanya memiliki satu ruangan berisi arca Brahma. Candi Brahma dan Candi Wisnu memiliki ukuran 20 meter dan lebar 33 meter.
Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti ‘terbit’ atau ‘bersinar’, biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).
Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.
Sama seperti Candi Borobudur , Candi Prambanan juga mengenal hirarki zona candi, membentang dari kurang suci ke alam suci. Setiap konsep Hindu dan Budha ini memiliki cara mereka sendiri, tapi konsep utamanya serupa. Baik itu rencana ruangan tertutup (horizontal) atau struktur candi (vertikal) yang terdiri dari tiga zona :
Senin – Jumat Rp 15.000 (dewasa) dan Rp 10.000 (anak-anak dan pelajar)
Sabtu, Minggu dan libur nasional Rp 17.500 (dewasa) dan 11.000 (anak-anak dan pelajar)
Wisatawan Asing
USD $ 13 (dewasa) dan USD $ 7 (anak-anak)
Buka : 06.00 – 17.00
Sumber: http://www.gonjangganjing.com/tour/tour-ke-candi-prambanan/
Candi Prambanan di bangun sekitar tahun 850 Masehi pada abad ke-9 oleh Dinasti Sanjaya, pada masa masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Candi ini di bangun sebagai tandingan untuk Dinasti Syailendra yang membangun Candi Borobudur dan Candi Sewu di daerah tersebut. Para sejarawan menyatakan bahwa pembangunan Candi Prambanan mungkin dimaksudkan untuk menandai kembalinya Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu setelah hampir satu abad jatuh di bawah dominasi Dinasti Syailendra yang beragama Buddha di Jawa Tengah, sedangkan nama Prambanan berasal dari nama desa dimana candi itu berdiri.
Model Candi Prambanan
Kompleks Candi Prambanan terdiri dari tiga zona, yaitu zona luar, zona tengah, dan zona utama. Zona luar merupakan ruangan terbuka yang besar, ditandai dengan dinding empat persegi panjang (hancur). Fungsi asli dari zona ini tidak diketahui, kemungkinan merupakan taman suci dengan bangunan penunjang candi dibuat dari bahan organik. Zona Tengah terdiri dari ratusan candi kecil dan zona utama terdiri dari delapan candi utama dan delapan pura kecil.Candi Prambanan memiliki 3 candi utama yang terletak di halaman utama, yaitu Candi Wisnu (pemelihara), Brahma (pencipta), dan Siwa (penghancur). Ketiga candi tersebut merupakan lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu dengan posisi candi menghadap ke arah timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat dan di dedikasikan sebagai kendaraan (wahana) untuk masing-masing dewa. Banteng Nandi untuk Siwa, Angsa suci Hamsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Relief Candi Prambanan
Candi Siwa terletak di terletak di antara Candi Brahma dan Candi Wisnu dengan ketinggian 47 meter dan lebar 34 meter. Candi Siwa dikelilingi relief-relief yang terpahat di dinding dan menyambung ke Candi Brahma, menceritakan kisah Ramayana. Untuk mengikuti cerita yang sesuai, pengunjung harus masuk dari sisi sebelah timur dan mulai melakukan pradakshina atau keliling searah jarum jam. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Candi Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.Candi Siwa memilik empat buah ruangan, satu ruangan utama berisi arca Siwa, sedangkan 3 ruangan lainnya masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda candi prambanan.
Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, hanya memiliki satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, hanya memiliki satu ruangan berisi arca Brahma. Candi Brahma dan Candi Wisnu memiliki ukuran 20 meter dan lebar 33 meter.
Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti ‘terbit’ atau ‘bersinar’, biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).
Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.
Arsitektur Candi Prambanan
Arsitektur Candi Prambanan mengikuti arsitektur Hindu berdasarkan tradisi Vastu Shastra. Desain candi memasukkan mandala dalam pengaturan candi dan juga menara khas candi Hindu yang menjulang tinggi. Candi Prambanan awalnya bernama Shivagrha dan didedikasikan untuk dewa Siwa. Candi Prambanan ini dirancang untuk meniru Meru, gunung suci tempat tinggal para dewa Hindu, dan rumah Siwa. Seluruh kompleks Candi merupakan model alam semesta menurut kosmologi Hindu dan lapisan-lapisan Loka .Sama seperti Candi Borobudur , Candi Prambanan juga mengenal hirarki zona candi, membentang dari kurang suci ke alam suci. Setiap konsep Hindu dan Budha ini memiliki cara mereka sendiri, tapi konsep utamanya serupa. Baik itu rencana ruangan tertutup (horizontal) atau struktur candi (vertikal) yang terdiri dari tiga zona :
- Bhurloka (dalam Buddhisme: Kamadhatu ), alam terendah dari manusia biasa, manusia, hewan juga setan. Dimana manusia masih diikat oleh keinginan, nafsu dan cara hidup yang tidak suci. Halaman luar dan kaki (dasar) masing-masing bagian dari candi yang melambangkan dunia bhurloka.
- Bhuvarloka (dalam Buddhisme: Rupadhatu ), alam tengah orang suci, Resi , pertapa, dan dewa-dewa yang lebih rendah. Orang di sini mulai melihat cahaya kebenaran. Halaman tengah dan tubuh setiap candi dilambangkan dunia bhuvarloka.
- Svarloka (dalam Buddhisme: Arupadhatu ), alam suci tertinggi dewa, juga dikenal sebagai svargaloka . Halaman bagian dalam dan atap candi melambangkan dunia svarloka . Atap candi Prambanan dihiasi dan dimahkotai dengan Ratna ( sansekerta : permata). Dalam arsitektur candi Jawa kuno, Ratna dalam Hindu setara dengan stupa dalam Buddha, dan terletak sebagai puncak candi tersebut.
Peta Candi Prambanan
Selama restorasi, sumur yang berisi pripih (peti batu) ditemukan di bawah pusat candi Siwa. Candi utama memiliki kedalaman sumur 5,75 m di mana peti mati batu ditemukan di atas tumpukan arang, tanah dan sisa-sisa tulang hewan yang dibakar. Lembar daun emas dengan tulisan Baruna (dewa laut) dan Parvata (dewa gunung) juga ditemukan di sini. Peti mati batu berisi lembaran tembaga dicampur dengan arang, abu dan bumi, 20 koin, perhiasan , kaca, potongan emas dan perak daun , kerang dan 12 daun emas (5 di antaranya dalam bentuk kura-kura, ular Naga, padma , altar dan telur).Harga Tiket Candi Prambanan
Wisatawan LokalSenin – Jumat Rp 15.000 (dewasa) dan Rp 10.000 (anak-anak dan pelajar)
Sabtu, Minggu dan libur nasional Rp 17.500 (dewasa) dan 11.000 (anak-anak dan pelajar)
Wisatawan Asing
USD $ 13 (dewasa) dan USD $ 7 (anak-anak)
Buka : 06.00 – 17.00
Sumber: http://www.gonjangganjing.com/tour/tour-ke-candi-prambanan/
________________________________________________________