"Siluman adalah sejenis makhluk halus yang mampu menjelma jadi manusia atau binatang. Andai kata ada orang yang percaya kepada siluman buaya putih, penunggu sebuah sungai di Jawa Barat, lantas memujanya, bukanlah sesuatu yang mengherankan".
SILUMAN juga memiliki komunitas tertentu di alam gaib, seperti manusia. Mereka memang diciptakan sebagai makhluk halus. Jadi bukan arwah gentayangan atau setan yang sedang berpura-pura.
Ada bermacam-macam jenis siluman, diantaranya siluman air, siluman pohon, siluman gunung atau siluman tanpa alamat surat. Maksudnya siluman gelandangan.
Di Sarolangon Bangko-Jambi masih beredar isu siluman Hantu Tirau, Siluman hutan belantara yang berambut ijuk dan berwajah manusia. Jika dicarikan persamaannya, Hantu Tirau mirip boneka troll. Bedanya, hantu ini telapak kakinya menghadap ke belakang, jadi kalau ada jejak 'manusia' Tirau ke Barat, berarti hantunya ada di Timur.
Suku Kubu di pedalaman Muara Bungo-Jambi, dikenal sebagai suku yang sangat menghargai komunitas siluman dalam lingkup kesehariannya. Mereka memelihara bermacam jimat, dari kuli macan sampai helai bulu burung yang diawetkan dalam minyak tertentu. Juga membunuh binatang, seperti macan, beruang atau babi hutan dengan pertolongan roh-roh siluman dan bambu runcing pancjang.
Siluman Gunung Merapi di Yogyakarta sering sekali bersilatuhrahmi ke Laut Selatan. Menyusuri Sungai Boyong di kaki Merapi yang melintas di Kabupaten Sleman, Sungai Code yang membelah Yogyakarta, lalu menyusuri Sungai Opak di Kabupaten Bantul. Ketiganya masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah itu, mereka cerai-berai di Parangtritis.
Nyai Gadhung Melati, Penguasa tanah pertanian Merapi akan duduk di tempat VIP, pasukan silumannya berbaris bersap-sap di belakang sesuai pangkat dan kedudukannya. Mereka sedang menghadap Kanjeng Ratu Kidul, ratu siluman Laut Selatan.
Sering terdengar alunan gendhing Jawa dari perangkat gamelan yang tidak lengkap jumlahnya, jika pasukan siluman itu sedang menyusuri ketiga sungai tersebut, menuju Parangtritis. Begitu pula sebaliknya, jika ada utusan dari Laut Selatan menemui Eyang Merapi penguasa seluruh wilayah Gunung Merapi.
Secara supranatural, perjalanan mereka terlihat seperti barisan api memanjang, berkelok-kelok dinamis sekali. Mereka, biasanya bergerak jam 18.00 WIB atau jam 02.00 pagi. Bentuknya mirip dengan orang pawai kampanye. "Mereka disebut lampor".
PERDAGANGAN SILUMAN
Infrastruktur negeri siluman tidak hanya pasukan siluman semata atau bangsawan siluman dan upacara ritual para siluman. Mereka juga mengenal dunia perdagangan. Membuka pasar-pasar kebutuhan sembako dan kebutuhan mereka sendiri.
Setiap pendaki gunung yang pernah naik ke Merapi, pasti tahu persis posisi pasar bubrah atau disebut juga pasar setan, yang dibangun dan ditempatkan secara gaib oleh siluman Merapi di salah satu pos pendakian dari arah Kinahrejo, Cangkiran Sleman-DIY. Acapkali pendaki disergap halusinasi, jika sudah menapakkan kaki di pos tersebut. Letaknya, di jalan menuju puncak Merapi, setelah Kendit Merapi.
Mimpi buruk dan rasa cemas yang berlebihan atau rasa riang yang luar biasa akan dialami oleh mereka yang melewati atau beristirahat di pasar setan tersebut. Terlepas dari sudut pandang ilmiah bahwa tingkat oksigen memang menipis di daerah-daerah sekitar puncak gunung, sehingga mengakibatkan halusinasi dan mimpi-mimpi sejenisnya.
UANG SILUMAN
Uang siluman juga beredar di negeri siluman. Beberapa orang tua yang tinggal di pesisir Laut Utara Jawa Tengah, bahkan berani mengaku pernah bekerja di kerajaan siluman yang dipimpin Roro Kidul. Mereka dibayar dengan uang siluman. Jika pulang bekerja dan kembali ke alam fana, uang itu berubah jadi emas setengah tail.
Mereka dijemput jam 3 pagi dari pinggir sebuah sungai, yang berbatas wilayah dengan laut. Menggunakan sampan, dijemput makhluk berkerudung selimut dari ujung rambut sampai mata kakinya. Berbaris, duduk dan menyampan tanpa berkata-kata. Sementara kabut pagi belum menguap dan embun belum menetes dari dedaunan.
"Suasananya ngungun, singup. Kita bekerja dilarang berbicara". Wah, seperti sopir bus kota saja. Dipulangkan jam 6 sore, ketika surup,rep. Langit warna kesumba.
SILUMAN SPRINTER
Syahdan, Panembahan Senopati ing Mentaram, ketika sering melatih pasukannya di Pantai Parangkusumo, Bantul-Yogyakarta, juga dianggap sering melibatkan pasukan siluman. Konon berasal dari pasukannya Kanjeng Ratu Kidul. Kekasih Ratu Pantai Selatan ini, berlatih silat ketika hari menjelang senja. Dari jauh, batas antara laut dan lembayung senja, mengubah daya pandang orang terhadap benda bergerak, jadi bayangan-bayangan. Sehingga mirip siluman.
Siluman memang bergerak cepat seperti bayangan, mirip sprinter. Dia tidak mengenal dimensi ruang dan waktu. Berpindah-pindah secepat kita memindahkan pikiran atau konsentrasi kita. Coba bayangkan, gambar patung Liberty di USA sekarang juga. Nah, pikiran Anda sudah menangkap gambar itu, bukan ?. Begitulah siluman bergerak. Tidak dibatasi ruang dan waktu. Karena itu, komunitas mereka abadi.
WARISAN ZAMAN PRIMITIF
Siluman betul-betul ada. Dia warisan nenek moyang pada zaman primitif, ketika semua orang menganut animisme dan dinamisme. Jauh hari sebelum munculnya pengertian tentang Sang Hyang Jagad Pratingkah, Gusti Kang Murbeng Dumadi, Tuhan Yang Maha Esa.
Pada saat kebudayaan manusia masih sedemikian primitif. Ketika orang masih memuja pohon agar tidak marah karena buahnya dipetikin. Ketika orang memuja arwah leluhur, memakai tengkorak leluhur sebagai bantalan kepala, mewariskan harta pusaka jimat dan tosan aji secara turun temurun. Ketika zaman masih sedemikian kleniknya.
Sampai-sampai, jika kala itu menular wabah penyakit atau kelaparan massal - istilah zaman sekarang krisi ekonomi -, maka semua tergopoh-gopoh menyogok para siluman yang dianggap sedang tidak berkenan. Seperti pernah terjadi juga di Meksiko pada tahun 1995, ketika ekonomi negara itu jatuh gara-gara utang luar negeri, banyak sekali diadakan upacara ritual magis secara massal di jalan-jalan. Sampai dituliskannya buku ini, ternyata ekonomi mereka masih belum sehat juga. Soalnya, bukan siluman yang berhasil membangkrutkan Meksiko, Tapi ada 'siluman' lain yang berhasil menelip dana utang luar negeri untuk rakyat negeri sombrero itu.
PERANG ANTAR SILUMAN
Negeri siluman dihuni oleh bangsa siluman. Mereka memiliki wilayah, kedaulatan, kebiasaan hidup dan tata cara hidup tertentu. Mereka juga mengenal perdamaian dan peperangan. Jika komunitas siluman di Utara bersinggungan dengan siluman di Timur, maka pecahlah perang gaib. Perang itu, akan mengakibatkan perubahan suhu udara di habitat manusia. Jadi semakin gerah, panas dan membuat manusia cepat lelah. Hampir pirip atmosphir kota metropolitan Jakarta.
Bau polusi timah hitam yang berasal dari bensin, solar, freon serta gesekan ban dengan aspal, ditambah asap tebal dari cerobong pabrik di Jakarta, secara otomatis akan mengacau konsentrasi orang yang menghirupnya. Mengganggu pernafasan kita dan stabilitas emosi kita. Kalau di daerah yang belum tersentuh kecanggihan teknologi banget-banget, maka kondisi fisik semacam itu, dianggap imbas dari pecahnya perang antar siluman yang numpang hidup di sekitar habitat mereka.
Memang, jarang terjadi perang antar siluman dalam satu negeri. Suksesi raja siluman berlangsung linier dan tanpa pergolakan. Egosentrisme siluman tidak diwujudkan dalam bentuk teror, intimidasi, provokasi atau kerusuhan massa. Namun lebih kepada pendayagunaan daya gaib mereka untuk berkolaborasi dengan manusia, yang tentu saja ada pada dimensi yang berbeda.
Semakin banyak manusia terseret ke negeri siluman, semakin terhormatlah kedudukan siluman tersebut. Jarang terjadi kubu siluman X bertarung dengan kubu siluman Y gara-gara harta atau tahta. Kalau berebut betina, memang iya. Tapi biasanya, yang terjadi adalah duel. Pertarungan satu lawan satu.
SILUMAN RAKSASA
Pengaruh siluman di alam fana, dari waktu ke waktu agaknya semakin membius jiwa, membuat orang semakin terlena terhadap jati dirinya. Manusia jadi lupa kepada sangkan paraning dumadi. Terhadap hakikat kodrati yang diberikan penguasa alam semesta, seperti cara berpikir dan rasionalitasnya.
Mereka sudah menyeret manusia kembali ke alam animisme dan dinamisme. Dan agaknya, banyak manusia tidak menggubris soal itu. Sehingga tidak lagi mampu membedakan, apa itu uang siluman, pasukan siluman, propaganda siluman atau peperangan antar siluman.
Dalam kisah pewayangan, tidak hanya siluman yang mampu bermetamorfosis jadi manusia. Tapi manusia juga bisa menjelma jadi siluman raksasa. Buktinya, Begawan Wisrawa ketika mesuraga mencari ilmu sejati dan melakukan analisis atas rahasia filsafat Sastra Jendra Hayuningrat, yang artinya ajaran suci dari Maha Tinggi demi keselamatan seluruh umat manusia, Wisrawa berubah jadi raksasa.
Gara-garanya, ia tergelincir kecantikan Dewi Sukesi, calon menantunya sendiri. Karena kalap dan dipenuhi nafus angkara murka, maka lahirlah dari buah percintaan mereka, Rahwana atau Dasamuka, yang kelak jadi Raja Alengka. Juga raksasa Kumbakarna dan Sarpakenaka. Manusia jadi berwatak raksasa, rampogan. Tidak peduli kaidah-kaidah kemanusiaan lagi.
Jika seluruh umat manuisa jadi berwatak siluman seperti Wisrawa, seluruh sistem dikendalikan dengan daya gaib siluman, analogi manusia digungukan lewat kekuatan siluman dan seluruh rotasi kehidupan bergantung kepada sabda siluman, jangan-jangan planet ini juga sudah berubah jadi planet siluman, ya.
Sebuah planet, yang sudah kehilangan akal sehatnya.
Sumber
SILUMAN juga memiliki komunitas tertentu di alam gaib, seperti manusia. Mereka memang diciptakan sebagai makhluk halus. Jadi bukan arwah gentayangan atau setan yang sedang berpura-pura.
Ada bermacam-macam jenis siluman, diantaranya siluman air, siluman pohon, siluman gunung atau siluman tanpa alamat surat. Maksudnya siluman gelandangan.
Di Sarolangon Bangko-Jambi masih beredar isu siluman Hantu Tirau, Siluman hutan belantara yang berambut ijuk dan berwajah manusia. Jika dicarikan persamaannya, Hantu Tirau mirip boneka troll. Bedanya, hantu ini telapak kakinya menghadap ke belakang, jadi kalau ada jejak 'manusia' Tirau ke Barat, berarti hantunya ada di Timur.
Suku Kubu di pedalaman Muara Bungo-Jambi, dikenal sebagai suku yang sangat menghargai komunitas siluman dalam lingkup kesehariannya. Mereka memelihara bermacam jimat, dari kuli macan sampai helai bulu burung yang diawetkan dalam minyak tertentu. Juga membunuh binatang, seperti macan, beruang atau babi hutan dengan pertolongan roh-roh siluman dan bambu runcing pancjang.
Siluman Gunung Merapi di Yogyakarta sering sekali bersilatuhrahmi ke Laut Selatan. Menyusuri Sungai Boyong di kaki Merapi yang melintas di Kabupaten Sleman, Sungai Code yang membelah Yogyakarta, lalu menyusuri Sungai Opak di Kabupaten Bantul. Ketiganya masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah itu, mereka cerai-berai di Parangtritis.
Nyai Gadhung Melati, Penguasa tanah pertanian Merapi akan duduk di tempat VIP, pasukan silumannya berbaris bersap-sap di belakang sesuai pangkat dan kedudukannya. Mereka sedang menghadap Kanjeng Ratu Kidul, ratu siluman Laut Selatan.
Sering terdengar alunan gendhing Jawa dari perangkat gamelan yang tidak lengkap jumlahnya, jika pasukan siluman itu sedang menyusuri ketiga sungai tersebut, menuju Parangtritis. Begitu pula sebaliknya, jika ada utusan dari Laut Selatan menemui Eyang Merapi penguasa seluruh wilayah Gunung Merapi.
Secara supranatural, perjalanan mereka terlihat seperti barisan api memanjang, berkelok-kelok dinamis sekali. Mereka, biasanya bergerak jam 18.00 WIB atau jam 02.00 pagi. Bentuknya mirip dengan orang pawai kampanye. "Mereka disebut lampor".
PERDAGANGAN SILUMAN
Infrastruktur negeri siluman tidak hanya pasukan siluman semata atau bangsawan siluman dan upacara ritual para siluman. Mereka juga mengenal dunia perdagangan. Membuka pasar-pasar kebutuhan sembako dan kebutuhan mereka sendiri.
Setiap pendaki gunung yang pernah naik ke Merapi, pasti tahu persis posisi pasar bubrah atau disebut juga pasar setan, yang dibangun dan ditempatkan secara gaib oleh siluman Merapi di salah satu pos pendakian dari arah Kinahrejo, Cangkiran Sleman-DIY. Acapkali pendaki disergap halusinasi, jika sudah menapakkan kaki di pos tersebut. Letaknya, di jalan menuju puncak Merapi, setelah Kendit Merapi.
Mimpi buruk dan rasa cemas yang berlebihan atau rasa riang yang luar biasa akan dialami oleh mereka yang melewati atau beristirahat di pasar setan tersebut. Terlepas dari sudut pandang ilmiah bahwa tingkat oksigen memang menipis di daerah-daerah sekitar puncak gunung, sehingga mengakibatkan halusinasi dan mimpi-mimpi sejenisnya.
UANG SILUMAN
Uang siluman juga beredar di negeri siluman. Beberapa orang tua yang tinggal di pesisir Laut Utara Jawa Tengah, bahkan berani mengaku pernah bekerja di kerajaan siluman yang dipimpin Roro Kidul. Mereka dibayar dengan uang siluman. Jika pulang bekerja dan kembali ke alam fana, uang itu berubah jadi emas setengah tail.
Mereka dijemput jam 3 pagi dari pinggir sebuah sungai, yang berbatas wilayah dengan laut. Menggunakan sampan, dijemput makhluk berkerudung selimut dari ujung rambut sampai mata kakinya. Berbaris, duduk dan menyampan tanpa berkata-kata. Sementara kabut pagi belum menguap dan embun belum menetes dari dedaunan.
"Suasananya ngungun, singup. Kita bekerja dilarang berbicara". Wah, seperti sopir bus kota saja. Dipulangkan jam 6 sore, ketika surup,rep. Langit warna kesumba.
SILUMAN SPRINTER
Syahdan, Panembahan Senopati ing Mentaram, ketika sering melatih pasukannya di Pantai Parangkusumo, Bantul-Yogyakarta, juga dianggap sering melibatkan pasukan siluman. Konon berasal dari pasukannya Kanjeng Ratu Kidul. Kekasih Ratu Pantai Selatan ini, berlatih silat ketika hari menjelang senja. Dari jauh, batas antara laut dan lembayung senja, mengubah daya pandang orang terhadap benda bergerak, jadi bayangan-bayangan. Sehingga mirip siluman.
Siluman memang bergerak cepat seperti bayangan, mirip sprinter. Dia tidak mengenal dimensi ruang dan waktu. Berpindah-pindah secepat kita memindahkan pikiran atau konsentrasi kita. Coba bayangkan, gambar patung Liberty di USA sekarang juga. Nah, pikiran Anda sudah menangkap gambar itu, bukan ?. Begitulah siluman bergerak. Tidak dibatasi ruang dan waktu. Karena itu, komunitas mereka abadi.
WARISAN ZAMAN PRIMITIF
Siluman betul-betul ada. Dia warisan nenek moyang pada zaman primitif, ketika semua orang menganut animisme dan dinamisme. Jauh hari sebelum munculnya pengertian tentang Sang Hyang Jagad Pratingkah, Gusti Kang Murbeng Dumadi, Tuhan Yang Maha Esa.
Pada saat kebudayaan manusia masih sedemikian primitif. Ketika orang masih memuja pohon agar tidak marah karena buahnya dipetikin. Ketika orang memuja arwah leluhur, memakai tengkorak leluhur sebagai bantalan kepala, mewariskan harta pusaka jimat dan tosan aji secara turun temurun. Ketika zaman masih sedemikian kleniknya.
Sampai-sampai, jika kala itu menular wabah penyakit atau kelaparan massal - istilah zaman sekarang krisi ekonomi -, maka semua tergopoh-gopoh menyogok para siluman yang dianggap sedang tidak berkenan. Seperti pernah terjadi juga di Meksiko pada tahun 1995, ketika ekonomi negara itu jatuh gara-gara utang luar negeri, banyak sekali diadakan upacara ritual magis secara massal di jalan-jalan. Sampai dituliskannya buku ini, ternyata ekonomi mereka masih belum sehat juga. Soalnya, bukan siluman yang berhasil membangkrutkan Meksiko, Tapi ada 'siluman' lain yang berhasil menelip dana utang luar negeri untuk rakyat negeri sombrero itu.
PERANG ANTAR SILUMAN
Negeri siluman dihuni oleh bangsa siluman. Mereka memiliki wilayah, kedaulatan, kebiasaan hidup dan tata cara hidup tertentu. Mereka juga mengenal perdamaian dan peperangan. Jika komunitas siluman di Utara bersinggungan dengan siluman di Timur, maka pecahlah perang gaib. Perang itu, akan mengakibatkan perubahan suhu udara di habitat manusia. Jadi semakin gerah, panas dan membuat manusia cepat lelah. Hampir pirip atmosphir kota metropolitan Jakarta.
Bau polusi timah hitam yang berasal dari bensin, solar, freon serta gesekan ban dengan aspal, ditambah asap tebal dari cerobong pabrik di Jakarta, secara otomatis akan mengacau konsentrasi orang yang menghirupnya. Mengganggu pernafasan kita dan stabilitas emosi kita. Kalau di daerah yang belum tersentuh kecanggihan teknologi banget-banget, maka kondisi fisik semacam itu, dianggap imbas dari pecahnya perang antar siluman yang numpang hidup di sekitar habitat mereka.
Memang, jarang terjadi perang antar siluman dalam satu negeri. Suksesi raja siluman berlangsung linier dan tanpa pergolakan. Egosentrisme siluman tidak diwujudkan dalam bentuk teror, intimidasi, provokasi atau kerusuhan massa. Namun lebih kepada pendayagunaan daya gaib mereka untuk berkolaborasi dengan manusia, yang tentu saja ada pada dimensi yang berbeda.
Semakin banyak manusia terseret ke negeri siluman, semakin terhormatlah kedudukan siluman tersebut. Jarang terjadi kubu siluman X bertarung dengan kubu siluman Y gara-gara harta atau tahta. Kalau berebut betina, memang iya. Tapi biasanya, yang terjadi adalah duel. Pertarungan satu lawan satu.
SILUMAN RAKSASA
Pengaruh siluman di alam fana, dari waktu ke waktu agaknya semakin membius jiwa, membuat orang semakin terlena terhadap jati dirinya. Manusia jadi lupa kepada sangkan paraning dumadi. Terhadap hakikat kodrati yang diberikan penguasa alam semesta, seperti cara berpikir dan rasionalitasnya.
Mereka sudah menyeret manusia kembali ke alam animisme dan dinamisme. Dan agaknya, banyak manusia tidak menggubris soal itu. Sehingga tidak lagi mampu membedakan, apa itu uang siluman, pasukan siluman, propaganda siluman atau peperangan antar siluman.
Dalam kisah pewayangan, tidak hanya siluman yang mampu bermetamorfosis jadi manusia. Tapi manusia juga bisa menjelma jadi siluman raksasa. Buktinya, Begawan Wisrawa ketika mesuraga mencari ilmu sejati dan melakukan analisis atas rahasia filsafat Sastra Jendra Hayuningrat, yang artinya ajaran suci dari Maha Tinggi demi keselamatan seluruh umat manusia, Wisrawa berubah jadi raksasa.
Gara-garanya, ia tergelincir kecantikan Dewi Sukesi, calon menantunya sendiri. Karena kalap dan dipenuhi nafus angkara murka, maka lahirlah dari buah percintaan mereka, Rahwana atau Dasamuka, yang kelak jadi Raja Alengka. Juga raksasa Kumbakarna dan Sarpakenaka. Manusia jadi berwatak raksasa, rampogan. Tidak peduli kaidah-kaidah kemanusiaan lagi.
Jika seluruh umat manuisa jadi berwatak siluman seperti Wisrawa, seluruh sistem dikendalikan dengan daya gaib siluman, analogi manusia digungukan lewat kekuatan siluman dan seluruh rotasi kehidupan bergantung kepada sabda siluman, jangan-jangan planet ini juga sudah berubah jadi planet siluman, ya.
Sebuah planet, yang sudah kehilangan akal sehatnya.
Sumber
________________________________________________________