Orang Jawa dari dulu tidak bisa bilang f, tetapi selalu bilang p. Misalnya menyebut kata fanatik pasti mereka menyebutnya panatik, tivi (televisi) pasti disebutnya tipi, plafon disebutnya plapon, formulir disebutnya pormulir. Pokoknya semua huruf f pasti digantinya dengan huruf p. Kenapa huruf f sangat mahal sekali untuk diucap sehingga mereka membuangnya jauh-jauh.
Berikut ini pengamatan menurut saya sendiri mengenai orang Jawa yang sangat alergi banget dengan huruf f. Sejak awal dalam dialog Jawa selalu menggunakan huruf p karena sesuai dengan lidah orang Jawa yang kental dan medok. Jadi hruf f mungkin dianggapnya terlalu ringan sehingga kurang mantap atau kurang tegas untuk digunakan sebagai bahasa mereka.
Akhirnya dalam huruf Jawa (hanacaraka) tidak dibuatkan huruf f. Semua kosa kata dalam kamus Jawa tidak ada satu pun kata yang mengandung huruf f. Hal ini wajar karena lidah orang Jawa sangat khas dalam berbicara dan memang tidak butuh huruf f.
Namun setelah masuknya bahasa asing yang memperkenalkan huruf f, maka orang Jawa zaman sekarang mulai mau menyebut huruf f. Tapi bagi orang Jawa tempo dulu tetap saja bersikeras tidak mengakui huruf f. Jadi semua huruf f dalam bahasa asing yang telah di adopsi ke dalam bahasa Jawa atau bahasa Indonesia pasti akan mereka ganti dengan huruf p.
Bukan hanya itu, bahkan banyak kosa kata yang mereka rubah secara terang-terangan. Misalnya, lapangan golf mereka ganti dengan lapangan golop, safety thank mereka ganti dengan sapitheng, goverment digantinya dengan gubermen.
Tapi rupanya orang Sunda juga mendukung pendapat orang Jawa dalam menolak kehadiran huruf f. Orang sunda juga selalu menghapus huruf f dan digantinya dengan huruf p dalam dialog mereka. Ini mungkin karena antara orang Jawa dan orang Sunda tinggal dalam satu pulau, sehingga tradisi dan kebudayaan mereka banyak memiliki kesamaan.
Termasuk dalam segi bahasa, kedua suku di pulau Jawa ini sangat alergi dengan huruf f. Mereka pasti selalu membuang huruf f dan digantinya dengan huruf p dalam dialog mereka, termasuk juga saya sendiri, hahaha...
Berikut ini pengamatan menurut saya sendiri mengenai orang Jawa yang sangat alergi banget dengan huruf f. Sejak awal dalam dialog Jawa selalu menggunakan huruf p karena sesuai dengan lidah orang Jawa yang kental dan medok. Jadi hruf f mungkin dianggapnya terlalu ringan sehingga kurang mantap atau kurang tegas untuk digunakan sebagai bahasa mereka.
Akhirnya dalam huruf Jawa (hanacaraka) tidak dibuatkan huruf f. Semua kosa kata dalam kamus Jawa tidak ada satu pun kata yang mengandung huruf f. Hal ini wajar karena lidah orang Jawa sangat khas dalam berbicara dan memang tidak butuh huruf f.
Namun setelah masuknya bahasa asing yang memperkenalkan huruf f, maka orang Jawa zaman sekarang mulai mau menyebut huruf f. Tapi bagi orang Jawa tempo dulu tetap saja bersikeras tidak mengakui huruf f. Jadi semua huruf f dalam bahasa asing yang telah di adopsi ke dalam bahasa Jawa atau bahasa Indonesia pasti akan mereka ganti dengan huruf p.
Bukan hanya itu, bahkan banyak kosa kata yang mereka rubah secara terang-terangan. Misalnya, lapangan golf mereka ganti dengan lapangan golop, safety thank mereka ganti dengan sapitheng, goverment digantinya dengan gubermen.
Tapi rupanya orang Sunda juga mendukung pendapat orang Jawa dalam menolak kehadiran huruf f. Orang sunda juga selalu menghapus huruf f dan digantinya dengan huruf p dalam dialog mereka. Ini mungkin karena antara orang Jawa dan orang Sunda tinggal dalam satu pulau, sehingga tradisi dan kebudayaan mereka banyak memiliki kesamaan.
Termasuk dalam segi bahasa, kedua suku di pulau Jawa ini sangat alergi dengan huruf f. Mereka pasti selalu membuang huruf f dan digantinya dengan huruf p dalam dialog mereka, termasuk juga saya sendiri, hahaha...