“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.
(QS Al Isro’:1)
Isra’ berarti berjalan di waktu malam, sedangkan Mi’raj adalah alat untuk naik. Isra’ mempunyai pengertian perjalanan Nabi Muhammad SAW pada waktu malam dari Masjid Al Haram ke Masjid Al Aqsho di Palestina. Mi’raj adalah kelanjutan perjalanan Nabi SAW dari Masjid Al Aqsho ke langir samapi Sidratul Muntaha sampai temapt Nabi SAW bertemu ALLAH SWT. Nabi SAW mengendarai buroq ditemani oleh Malaikat Jibril. Mayoritas ulama menyatakan itu terjadi pada 27 Rajab. Peristiwa isra’ mi’roj ini menghasilkan perintah sholat wajib lima waktu sehari semalam. Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari peristiwa ini ???
Peristiwa di atas merupakan perjalanan dari tempat ke tempat lain. Tempat merupakan dimensi ruang. Kemudian malam hari bukan siang hari ini juga harus kita perhatikan. Oleh karena itu mari kita pahami dengan konsep struktur ruang dan waktu.
”(yang datang) dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun”.(QS Al Ma’arij:3-4)
Maksudnya: malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu satu hari. apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu limapuluh ribu tahun.
(Subhaanallooh..coba bayangkan, gerak, terbang atau melayangnya para ruh dan malaikat yang jauh lebih cepat dari kita atau kendaraan tercepat kita).
Kita hitung. Berarti kecepatan ruh dan malaikat : (50.000 x 365 hari = 18.250.000) x kecepatan kita. Misal kita ambil contoh kecepatan lari kita adalah 25 km/jam dan dalam sehari efektif 8 jam perjalanan maka kita tempuh jarak : 25 x 8 = 200 km dalam satu hari. Nabi mulai isro’ sehabis sholat isya (kita asumsikan jam 8 malam) dan kembali sebelum subuh ( kita asumsikan jam 4 pagi), maka perjalanan Nabi dari bumi (4 jam saja atau 100 km) mencapai kejauhan: 18.250.000 x 100 km = 1.825.000.000 km. Jarak seajuh ini baru melampaui Planet Saturnus tapi belum sampai Uranus apalagi Neptunus lebih – lebih Pluto. Ini adalah perhitungan logika dengan didasari perhitungan fisika klasik dengan menggunakan persamaan : s = v.t. Dan dengan didasari bahwa ruang dan waktu tidak saling mempengaruhi.
Siswa yang sudah pernah dapat materi TEORI RELATIVITAS KHUSUS EINSTEIN langsung mengkaitkan ayat 3-4 QS Al Ma’arij yakni 1 hari perjalanan malaikat = 50.000 tahun. Ini berarti kecepatan malaikat dan ruh mendekati kecepatan cahaya yaitu 300.000 km/s. Ini sangat wajar karena malaikat diciptakan dari cahaya (nur). Bagaimana perhitungannya? Silakan baca: Kecepatan Cahaya berdasarkan Al Quran. Jika perjalanan itu dilakukan dengan kecepatan cahaya maka jarak yang ditempuh dari bumi (4 jam saja) adalah 4 jam x 3600 s x 300.000 km/s = 4.230.000.000 km, yang tidak lain adalah kira-kira jarak Matahari Neptunus. Artinya, perjalanan Mi’raj kira-kira baru sampai di Planet Neptunus (planet terluar dari sistem tata surya kita sejak Pluto dihapus)
APA KELEMAHAN PERHITUNGAN DI ATAS?
1. Menurut teori relativitas khusus, hanya materi tak bermassa aja yang bisa bergerak dengan kecepatan cahaya. Materi tersebut adalah foton atau cahaya yang tidak lain adalah gelombang elektomagnetik. Sehingga malaikat tercipta bukan hanya nur (cahaya) tetapi juga ruh.Jika tafsiran di atas benar berarti Nabi SAW ber Isro’ Mi’roj hanya sebatas ruhnya saja.
2. Perjalanan dengan kecepatan sama dengan kecepatan cahaya atau di bawahnya, maksimal hanya mampu mencapai jarak terjauh Planet Neptunus.Belum sampai mencapai bintang terdekat pun yaitu bintang Alfa Centauri yang memerlukan waktu 4,4 tahun jika dicapai dengan kecepatan cahaya. Jadi keluar sistem tata surya pun belum.
3. Andai Nabi SAW benar bergerak dengan kecepatan cahaya maka tubuh Nabi SAW akan ”hancur/meledak” sesuai dengan persamaan relativitas khusus : 221cvmmo−=
dengan m adalah massa benda bergerak, mo adalah massa diam, v adalah kecepatan gerak benda dan c adalah kecepatan cahaya.
Dengan demikian, penjelasan dengan relativitas khusus tidak memadai untuk menjelaskan peristiwa isro’ mi’roj.
KONSEP LAIN ?
Kita gunakan konsep lain yang juga dikemukakan Einstein yaitu konsep ruang-waktu melengkung. Menurutnya selama kita hidup di dunia ini dan memperlakukan sesuatu di dalam ruang diam-diam kita anggap datar. Padahal ruang waktu melengkung sehingga tarik menarik antar dua objek dapat terjadi. Data-data sekarang memberikan bahwa alam semesta ini mengembang sehingga galaksi-galaksi menjauh.
Ini sesuai dengan Firman Alllah :
”dan langit itu Kami bangun dengan kekuatan dan Sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya” (QS Adz Dzariyaat: 47)
Manusia dan lainnya hidup berada dalam ruang waktu empat dimensi, tiga dimensi ruang, dan satu dimensi. Paling tinggi kita gambarkan 2 dimensi. Jagat raya tertutup dua dimensi kita gambarkan dengan permukaan balon yang ditempeli potongan kertas. Permukaan balon menyatakan jagat raya keseluruhan, potongan kertas sebgai galaksi- galaksi dan permukaan tanpa tempelan sebgai ruang antar galaksi. Kalau kita tiup balon tersebut maka yang terjadi adalah balon tersebut akan mengembang dan tempelan ketas akan saling menjauh. Pada permukaan kertas sendiri ada bagian–bagian kosong yang menyatakan ruang antar bintang dalam satu galaksi.
Kepergian Nabi SAW mi’roj ke langit tidak lain adalah perjalanan melintasi permukaan balon dan dapat kembali ke bumi tanpa harus kembali ke jalur awal.karena kalaupun bergerak dengan kecepatan cahaya maka butuh waktu jutaan tahun untuk bisa kembali ke bumi. Penjelasan inipun belum mampu menjelaskan peristiwa isro mi’roj.
LANTAS BAGAIMANA ?
Kita pandang Mi’roj sebagai perjalanan keluar dari dimensi ruang waktu kita. Permukaan bola merupakan gambaran jagat raya kita sesungguhnya yang empat dimensi. Di dalam jagat raya dua dimensi kita tahu masih ada ruang lain di luar ruang jagat raya ini. Ruang lain itu berada di dalam dan di luar permukaan bola. Jika ruang antarbintang maupun antargalaksi dipandang sebagai langit-langit material maka langit immaterial adalah langit yang berada di ruang lain tersebut. Karena ruang lain berada di luar ruang material maka hukum-hukum ruang-waktu tidak berlaku sehingga perjalan Mi’roj yang melalui beberapa lapis langit dapat ditempuh dengan sangat singkat.
KESIMPULAN ?
Peristiwa Isro’ Mi’roj tidak mungkin dapat dijelaskan secara eksak dan tuntas...tas...tas........, akan tetapi penjelasan dengan adanya ruang lain insya Allah sudah memberi penjelasan yang cukup. Hal yang terpenting adalah pesan ilmiah yang terkandung dalam peristiwa ini. Ternyata peristiwa ini memberi pesan bagi eksistensi dan struktur ruang-waktu melengkung sekaligus ruang atau dimensi lain, dimensi yang lebih tinggi dari dimensi ruang material kita.
Wallahu’alam
Sumber: http://www.facebook.com/topic.php?uid=132310933466366&topic=414
(QS Al Isro’:1)
Isra’ berarti berjalan di waktu malam, sedangkan Mi’raj adalah alat untuk naik. Isra’ mempunyai pengertian perjalanan Nabi Muhammad SAW pada waktu malam dari Masjid Al Haram ke Masjid Al Aqsho di Palestina. Mi’raj adalah kelanjutan perjalanan Nabi SAW dari Masjid Al Aqsho ke langir samapi Sidratul Muntaha sampai temapt Nabi SAW bertemu ALLAH SWT. Nabi SAW mengendarai buroq ditemani oleh Malaikat Jibril. Mayoritas ulama menyatakan itu terjadi pada 27 Rajab. Peristiwa isra’ mi’roj ini menghasilkan perintah sholat wajib lima waktu sehari semalam. Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari peristiwa ini ???
Peristiwa di atas merupakan perjalanan dari tempat ke tempat lain. Tempat merupakan dimensi ruang. Kemudian malam hari bukan siang hari ini juga harus kita perhatikan. Oleh karena itu mari kita pahami dengan konsep struktur ruang dan waktu.
”(yang datang) dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun”.(QS Al Ma’arij:3-4)
Maksudnya: malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu satu hari. apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu limapuluh ribu tahun.
(Subhaanallooh..coba bayangkan, gerak, terbang atau melayangnya para ruh dan malaikat yang jauh lebih cepat dari kita atau kendaraan tercepat kita).
Kita hitung. Berarti kecepatan ruh dan malaikat : (50.000 x 365 hari = 18.250.000) x kecepatan kita. Misal kita ambil contoh kecepatan lari kita adalah 25 km/jam dan dalam sehari efektif 8 jam perjalanan maka kita tempuh jarak : 25 x 8 = 200 km dalam satu hari. Nabi mulai isro’ sehabis sholat isya (kita asumsikan jam 8 malam) dan kembali sebelum subuh ( kita asumsikan jam 4 pagi), maka perjalanan Nabi dari bumi (4 jam saja atau 100 km) mencapai kejauhan: 18.250.000 x 100 km = 1.825.000.000 km. Jarak seajuh ini baru melampaui Planet Saturnus tapi belum sampai Uranus apalagi Neptunus lebih – lebih Pluto. Ini adalah perhitungan logika dengan didasari perhitungan fisika klasik dengan menggunakan persamaan : s = v.t. Dan dengan didasari bahwa ruang dan waktu tidak saling mempengaruhi.
Siswa yang sudah pernah dapat materi TEORI RELATIVITAS KHUSUS EINSTEIN langsung mengkaitkan ayat 3-4 QS Al Ma’arij yakni 1 hari perjalanan malaikat = 50.000 tahun. Ini berarti kecepatan malaikat dan ruh mendekati kecepatan cahaya yaitu 300.000 km/s. Ini sangat wajar karena malaikat diciptakan dari cahaya (nur). Bagaimana perhitungannya? Silakan baca: Kecepatan Cahaya berdasarkan Al Quran. Jika perjalanan itu dilakukan dengan kecepatan cahaya maka jarak yang ditempuh dari bumi (4 jam saja) adalah 4 jam x 3600 s x 300.000 km/s = 4.230.000.000 km, yang tidak lain adalah kira-kira jarak Matahari Neptunus. Artinya, perjalanan Mi’raj kira-kira baru sampai di Planet Neptunus (planet terluar dari sistem tata surya kita sejak Pluto dihapus)
MENGUNGKAP ISRO MI’ROJ DENGAN FISIKA
APA KELEMAHAN PERHITUNGAN DI ATAS?
1. Menurut teori relativitas khusus, hanya materi tak bermassa aja yang bisa bergerak dengan kecepatan cahaya. Materi tersebut adalah foton atau cahaya yang tidak lain adalah gelombang elektomagnetik. Sehingga malaikat tercipta bukan hanya nur (cahaya) tetapi juga ruh.Jika tafsiran di atas benar berarti Nabi SAW ber Isro’ Mi’roj hanya sebatas ruhnya saja.
2. Perjalanan dengan kecepatan sama dengan kecepatan cahaya atau di bawahnya, maksimal hanya mampu mencapai jarak terjauh Planet Neptunus.Belum sampai mencapai bintang terdekat pun yaitu bintang Alfa Centauri yang memerlukan waktu 4,4 tahun jika dicapai dengan kecepatan cahaya. Jadi keluar sistem tata surya pun belum.
3. Andai Nabi SAW benar bergerak dengan kecepatan cahaya maka tubuh Nabi SAW akan ”hancur/meledak” sesuai dengan persamaan relativitas khusus : 221cvmmo−=
dengan m adalah massa benda bergerak, mo adalah massa diam, v adalah kecepatan gerak benda dan c adalah kecepatan cahaya.
Dengan demikian, penjelasan dengan relativitas khusus tidak memadai untuk menjelaskan peristiwa isro’ mi’roj.
KONSEP LAIN ?
Kita gunakan konsep lain yang juga dikemukakan Einstein yaitu konsep ruang-waktu melengkung. Menurutnya selama kita hidup di dunia ini dan memperlakukan sesuatu di dalam ruang diam-diam kita anggap datar. Padahal ruang waktu melengkung sehingga tarik menarik antar dua objek dapat terjadi. Data-data sekarang memberikan bahwa alam semesta ini mengembang sehingga galaksi-galaksi menjauh.
Ini sesuai dengan Firman Alllah :
”dan langit itu Kami bangun dengan kekuatan dan Sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya” (QS Adz Dzariyaat: 47)
Manusia dan lainnya hidup berada dalam ruang waktu empat dimensi, tiga dimensi ruang, dan satu dimensi. Paling tinggi kita gambarkan 2 dimensi. Jagat raya tertutup dua dimensi kita gambarkan dengan permukaan balon yang ditempeli potongan kertas. Permukaan balon menyatakan jagat raya keseluruhan, potongan kertas sebgai galaksi- galaksi dan permukaan tanpa tempelan sebgai ruang antar galaksi. Kalau kita tiup balon tersebut maka yang terjadi adalah balon tersebut akan mengembang dan tempelan ketas akan saling menjauh. Pada permukaan kertas sendiri ada bagian–bagian kosong yang menyatakan ruang antar bintang dalam satu galaksi.
Kepergian Nabi SAW mi’roj ke langit tidak lain adalah perjalanan melintasi permukaan balon dan dapat kembali ke bumi tanpa harus kembali ke jalur awal.karena kalaupun bergerak dengan kecepatan cahaya maka butuh waktu jutaan tahun untuk bisa kembali ke bumi. Penjelasan inipun belum mampu menjelaskan peristiwa isro mi’roj.
LANTAS BAGAIMANA ?
Kita pandang Mi’roj sebagai perjalanan keluar dari dimensi ruang waktu kita. Permukaan bola merupakan gambaran jagat raya kita sesungguhnya yang empat dimensi. Di dalam jagat raya dua dimensi kita tahu masih ada ruang lain di luar ruang jagat raya ini. Ruang lain itu berada di dalam dan di luar permukaan bola. Jika ruang antarbintang maupun antargalaksi dipandang sebagai langit-langit material maka langit immaterial adalah langit yang berada di ruang lain tersebut. Karena ruang lain berada di luar ruang material maka hukum-hukum ruang-waktu tidak berlaku sehingga perjalan Mi’roj yang melalui beberapa lapis langit dapat ditempuh dengan sangat singkat.
KESIMPULAN ?
Peristiwa Isro’ Mi’roj tidak mungkin dapat dijelaskan secara eksak dan tuntas...tas...tas........, akan tetapi penjelasan dengan adanya ruang lain insya Allah sudah memberi penjelasan yang cukup. Hal yang terpenting adalah pesan ilmiah yang terkandung dalam peristiwa ini. Ternyata peristiwa ini memberi pesan bagi eksistensi dan struktur ruang-waktu melengkung sekaligus ruang atau dimensi lain, dimensi yang lebih tinggi dari dimensi ruang material kita.
Wallahu’alam
Sumber: http://www.facebook.com/topic.php?uid=132310933466366&topic=414
________________________________________________________