4.5.12

Menelusuri sejarah Candi Badut di Malang Jawa Timur

Untuk pertama kalinya Jawa Timur muncul dalam sejarah pada tahun 760 M. Di desa Dinoyo yang terletak di sebelah barat laut kota Malang ditemukan prasasti berangka tahun 760 M, bertuliskan huruf kawi dan berbahasa sansekerta. Prasasti ini menceritakan bahwa pada abad ke 8 terdapat sebuah kerajaan yang berpusat di kanjuruhan, yang sekarang dikenal sebagai desa Kejuron dengan raja bernama Sinha.

Sang raja memiliki seorang putera yang bernama Linwa dan setelah menjadi raja menggantikan ayahnya bernama Gajayana. Gajayana mendirikan sebuah tempat pemujaan untuk dewa Agastya. Arcanya yang melukiskan Agastya ini dahulu terbuat kayu cendana, namun kemudian diganti dengan arca batu hitam.

Peresmian arca ini dilakukan pada tahun 760, dan upacara dilakukan oleh pendeta-pendeta ahli Weda. Pada saat itu sang raja tanah, lembu, budak-budak dan segala kebutuhan yang diperlukan untuk melangsungkan upacara. Raja juga memerintahkan untuk mendirikan bangunan-bangunan untuk keperluan para brahmana dan para tamu.

Bangunan purbakala yang terletak di dekat desa Kejuron itu adalah candi Badut, yang untuk sebagian masih tegak. Dalam candi ini ternyata bukan arca Agastya yang didapat, melainkan sebuah lingga. Mengingat adanya perkataan "putikeswara" dalam prasasti di Dinoyo tersebut, sangat mungkin sekali bahwa lingga itu merupakan lambang Agastya, yang memang selalu digambarkan seperti Syiwa dalam wujudnya sebagai mahaguru.

Ada hubungan apa antara kerajaan Kanjuruan dengan kerajaan Mataram tidak diketahui. Agama di kedua kerajaan ini adalah agama Syiwa, dimana memuja Agastya menggunakan lingga sebagai lambangnya. Menitik dari sudut segi bangunan, candi Badut termasuk diantara candi-candi yang berlanggam Jawa Tengah. Kenyataan ini dihubungkan dengan berita Tionghoa, dikatakan oleh Holing antara tahun 742-755 ke timur, ke Po-lu-kia sieu oleh raja Ki-yen.

Kini jelaslah bahwa candi Badut dibangun pada masa kerajaan Hindu Mataram.